Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, (Direktur DD Pendidikan, Founder Sahabat Remaja)
Ketika Yusuf ‘Alaihissalam menghadapi godaan dari oknum istri pejabat Mesir, kesan kesalehan sosok ayahnya-lah yang menjadi jalan petunjuk (baca: burhan) bagi Yusuf ‘Alaihissalam melepaskan diri dari situasi terjepit. Kita bisa membayangkan, ketika itu Yusuf ‘Alaihissalam dijebak dalam sebuah kamar, semua pintu dan jendela sudah tertutup rapat, di hadapannya ada perempuan cantik nan jelita, mengajaknya berbuat maksiat. Sebagai pemuda normal, tentulah ujian ini sangatlah berat. Dadanya bergemuruh. Darah mudanya bergejolak. Kesempatan terbuka lebar. Tidak akan ada yang tahu jika Yusuf menuruti rayuan perempuan itu.
Namun, ketika dalam situasi terdesak itu, burhan Tuhan datang dalam pandangan Yusuf. Apa burhan Tuhan itu? Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, saat itu tiba-tiba muncul dalam benak dan pikiran Yusuf, gambar wajah ayahnya, Nabi Yaqub ‘Alaihissalam dengan ekspresi yang sangat kecewa sambil menggigit jemarinya.
Dalam gambar itu, terlihat dan terdengar jelas oleh Yusuf, ayahnya berkata tegas, “Yusuf, Yusuf, akankah kau lakukan perbuatan keji ini, sedang namamu akan tercatat dalam deretan para nabi yang mulia. Yusuf, Yusuf, sesungguhnya kau bin Yaqub ‘Alaihissalam, bin Ishaq ‘Alaihissalam, bin Ibrahim khalilurrahman. Akankah kau menodai garis keturunanmu yang mulia ini.”
Tergambar jelas dan terdengar nyata dalam benak dan pikiran Yusuf. Yusuf terhenyak dan tersadar. Ia tidak mungkin tega menyakiti hati ayahnya dan menodai kemuliaan bapak moyangnya. Ia segera melarikan diri untuk menyelamatkan imannya.
Dari sini, kita bisa belajar betapa besarnya peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya. Ketika suatu hari nanti, anak terdesak oleh godaan maksiat yang dahsyat, maka disaat itulah anak bisa menghadirkan burhan Tuhan dalam hati dan pandangannya, yakni kesan yang kuat akan kesalehah ayahnya.
“Tidak sampai hati rasanya saya mengecewakan ayah yang demikian saleh dan baik,” demikian yang akan terekam oleh anak Anda. Sehingga, anak Anda bisa mengambil sikap tegas menolak segala bentuk maksiat.
Masalahnya adalah ayah-ayah modern sekarang seringkali tidak hadir dalam kehidupan anak-anaknya. Maka, bagaimana bisa anak-anak menghadirkan burhan itu karena tidak ada kesan kesalehan sama sekali dalam diri ayahnya? Ini berbahaya sekali. Maka, ayah hadirlah dalam kehidupan anak-anak karena Anda adalah burhan Tuhan di bumi.
Ayah harus mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya. Ayah harus mampu menjelaskan makna dalam setiap tahapan pendidikan kepada anak-anaknya. Karena, dalam Islam ada tangga pendidikan anak yang mesti diperhatikan para ayah dalam mendidik anak-anaknya. Abai memperhatikan setiap tahapan pendidikan, anak bisa menjadi korbannya.
Mendidik adalah proses menjadi. Karenanya, ia tiada henti dan terus-menerus. Maka, ayah dan ibu jangan pernah lelah untuk mendidik anak-anak Anda. Semoga kelak anak-anak Anda menjadi permata yang menyejukkan hati dan syafaat di akhirat kelak yang mengangkat derajat ayah dan ibunya. Selamat mendidik!