Oleh: Satria Hadi Lubis
Semua kita sepakat bahwa iblis itu adalah musuh utama anak cucu Adam ‘alaihissalam. Paham bahwa dialah yang dahulu bersumpah di hadapan Allah subhanahu wata’ala untuk menggelincirkan umat manusia. Sebagaimana yang di kabarkan oleh Allah dalam firman-Nya:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ، ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (QS. Al-A’raf: 16-17).
Namun, tak banyak di antara kita yang tahu bahwa langkah pertama Iblis untuk menggelincirkan kita adalah dengan menghalangi kita dari belajar agama Allah. Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan:
اِعْلَمْ أَنَّ أَوَّلَ تَلْبِيْسِ إِبْلِيْسَ عَلَى النَّاسِ صَدُّهُمْ عَنِ العِلْمِ ، لِأَنَّ العِلْمَ نُوْرٌ ؛ فَإِذَا أَطْفَأَ مَصَابِيْحَهُمْ خَبَطَهُمْ فِي الظَلَامِ كَيْفَ شَاءَ
“Ketahuilah, bahwa talbis Iblis yang pertama kepada umat manusia adalah menghalangi mereka dari ilmu agama. Karena ilmu itu adalah cahaya. Sehingga apabila ia telah dapat memadamkan lampu-lampu mereka maka ia akan dengan mudah membanting mereka ke dalam kegelapan sekehendaknya” (Talbisu Iblis: 309, Cet. Darul Kutub Ilmiah, Beirut).
Berbagai macam cara ia lakukan untuk mencapai tujuannya itu. Di antaranya, ia sibukkan kita dengan hal-hal dunia, entah itu keluarga, usaha, pekerjaan, jabatan, kuliah, dan seterusnya. Sehingga kita lupa atau merasa tidak sempat lagi untuk belajar agama, untuk ikut pengajian. Lama kelamaan akhirnya keinginan untuk kembali belajar dan ikut pengajian pun sirna dan terkubur untuk selamanya.
Ingatlah! Belajar agama tak bisa otodidak (tanpa guru). Karena rentan salah memahami agama. Belajar sendiri, menyimpulkan sendiri, tanpa ada yang mengkoreksi. Sudah banyak contohnya mereka yang belajar tanpa guru menjadi tokoh penyesat agama. Itulah sebabnya Rasulullah saw mengajarkan agama secara talaqi (bertemu rutin) kepada para sahabat ra, dan kemudian dilanjutkan oleh para sahabat kepada tabi’in (murid sahabat), tabi’ut tabi’in (murid dari muridnya sahabat), demikian seterusnya dilanjutkan oleh para ulama dan ustadz, sehingga menjadi tradisi belajar agama dalam Islam yang benar.
Ingatlah! Belajar agama tidak ada batas waktu dan usia, selama kita masih seorang muslim atau muslimah maka kita wajib untuk belajar. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah: 224).
Sekarang, mari lihatlah diri kita masing-masing. Jika seandainya kita merasa tidak sempat lagi untuk belajar agama, selalu berdalih dengan alasan “Saya sibuk, masih banyak pekerjaan, tugas belum selesai, dan seterusnya,” maka sadarilah bahwa kita telah terjebak dalam perangkap iblis.
Bagaimana tidak, coba pikirkan! 168 jam waktu yang kita miliki dalam sepekan, tapi dua jam saja kita tak mampu mengalokasikannya untuk duduk di pengajian untuk belajar agama, kemudian dengan ringannya kita beralasan, “Maaf, saya sibuk“, bukankah itu adalah perangkap iblis?!
Oleh sebab itu, jangan pernah mengatakan, “Maaf…saya sibuk, tak punya waktu” untuk belajar agama dan menghadiri pengajian. Karena itu adalah tanda perangkap iblis telah mendapat mangsa.
Semoga bermanfaat.
Edited by. Satria hadi lubis