Jejak Ideologi Yahudi Radikal di Balik Penindasan Israel Terhadap Palestina

Ideologi Yahudi Radikal warisan Rabi Meir Kahane telah mempengaruhi politik Israel, dan membias dalam penindasan terhadap warga Palestina.

Visi gerakan yang dinamakan Kahanis itu meyakni tindak kekerasan dan balas dendam sebagai perintah agama, bahwa Yudaisme baru sempurna jika Israel mengusir sepenuhnya bangsa Palestina dari tanah yang dijanjikan.

Ideologinya penuh amarah, dan selama separuh abad pemikirannya menemukan semakin banyak pengikut.

Meir Kahane dua tahun berselang dibunuh oleh seorang warga AS keturunan Mesir.

Hari-hari ini beratus pengikut Kahane memenuhi jalan-jalan kota di Israel sembari berteriak “matilah Arab!,” dan memburu setiap orang Palestina yang berpapasan. Sejak kerusuhan meletus, kaum Kahanis dilaporkan membakar kendaraan, atau merusak aset milik warga Arab, yang dibalas dengan tindakan serupa.

Tindak kekerasan yang dilancarkan kaum ultrakonservatif, bagi penduduk Palestina, gerakan Kahanis adalah produk dari sistem yang diskriminatif, yang dinormalisasi oleh para penguasa Israel yang memiliki pandangan serupa.

Baca juga  Kisah Nyata Sniper HAMAS di Gaza

Pengikut Kahane yang tergabung dalam faksi Zionisme Agama merebut enam kursi di Knesset dalam pemilu Maret silam. Aliansi ekstremis itu bahkan diajak berunding dengan Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Kahanisme di arus utama 

Saat ini Ketua Umum Partai Otzama Yehudit, Itamar Ben-Gvir, adalah tokoh Kahanis paling populer. Menyusul pemilu yang bertubi-tubi, dia belakangan semakin rajin tampil dalam wawancara televisi. Gayanya yang ringan dan santai berhasil menarik perhatian publik, seperti yang dilaporkan oleh lembaga periset, Ifat.

Menurut studi yang digelar baru-baru ini, Ben-Gvir adalah politisi nomer tiga yang paling sering tampil di televisi dan radio, setelah Netanyahu dan Naftali Benett, tokoh sayap kanan lain.

Baca juga  Inilah Perangko Indonesia-Palestina

“Dia orator yang baik dan tahu bagaimana memainkan permainan ini,” kata Shuki Firedman, peneliti kelompok ultrakonservatif di Institut Demokrasi Israel. “Di satu sisi, dia bisa menyapa pendukungnya, di sisi lain dia tahu batasan untuk tidak memancing amarah mayoritas warga Israel.”

Pendukung Ben Gvir kebanyakan terdiri dari kaum Yahudi ultra-Ortodoks yang cenderung hidup dalam keluarga besar. Netanyahu berharap bisa mendulang dukungan kelompok ini dengan membentuk blok kanan-jauh di parlemen dengan Ben-Gevir dan Bezalel Smotrich, tokoh ultranasionalis lain.

Dan Meridor, bekas menteri kehakiman dan tokoh senior Likud meyakini Netanyahu telah membuat kesalahan fatal saat bersanding dengan Ben-Gvir.

“Anda bisa melihat perubahan dramatis dan sangat merusak yang dialami Partai Likud ketika mereka melegitimasi pengikut Kahanis,” kata dia. “Hal ini mengubah partai secara tragis.”

Baca juga  Dāruşşifā: Rumah Sakit berbasis Wakaf Penemu Vaksin Cacar Era Turki Utsmani

Warga Arab Israel melihat Ben-Gvir sebagai salah satu dari banyak politisi Israel yang memperlakukan mereka sebagai warga negara kelas dua. Hal ini ikut menjelaskan amarah yang membakar kota-kota di Israel sejak beberapa hari terakhir.

Diana Buttu, seorang advokat dan warga Palestina di Israel, mengatakan “Jika Anda melihat negara ini dari kacamata Palestina, Anda melihat bahwa di setiap level politik, di setiap partai politik, ada rasisme anti-Arab.”

Laporan ini disadur dari berita eksklusif Associated Press oleh Josef Federman, Joseph Kraus dan Ben Zion

Comments

comments