Knowing Beyond the Fog of Uncertainty
Oleh: K. H.
“Cetiiiitttt…” itulah bunyi alat sensor yang biasa kita dengar sewaktu membayar barang yang kita beli di swalayan. Ya, itu bunyi alat yang muncul ketika bar-code di barang yang kita beli di-scan olehnya.
Saya membayangkan, langsung data tentang stok barang di swalayan itu terkirim ke pusat data jejaring swalayan itu. Lalu, dengan algoritma khusus, pusat data bisa langsung dalam hitungan menit menyajikan pergerakan riil barang milik grup swalayan ini.
Tentu, dengan data dan olahannya yang real time dan lengkap macam ini para direksi atau manajer di grup swalayan itu bisa segera mengambil keputusan tentang barang mana yang laris dan yang tak laris, barang mana yang sering dibeli konsumen di akhir pekan dan di hari kerja, dan lain-lain. Sehingga mereka bisa langsung mengantisipasi perubahan di lapangan untuk menjaga tujuan bisnis mereka senantiasa tercapai.
“Hurrayy….3 points up!”. Kali ini bunyi berbeda. Datang dari cuplikan film tentang perpolitikan di Bolivia berjudul “Our Brand is Crisis”. Kalimat ini keluar dari lisan Sandra Bullock yang memerankan seorang konsultan politik Amerika yang dibeli jasanya oleh Capres Bolivia: Senor Castillo. Film yang katanya diangkat dari kisah nyata pen-Capres-an Presiden Bolivia, Gonzalo Sanchez di 2002.
Teriakan bahagia Miss Bullock itu disebabkan oleh naiknya elektabilitas si Capres Castillo karena suatu kegiatan kampanye mereka. Sehingga dia dan Timses Castillo bisa segera merancang program kegiatan berikutnya dengan akurat.
Yang membuat heran adalah, bagaimana cara para tim sukses (Timses) itu memonitor naik turunnya elektabilitas?
Keheranan ini juga saya rasakan ketika tinggal di Jerman. Dalam sebuah diskusi terbuka di TV, para perwakilan Parpol duduk membahas isu tentang penutupan reaktor nuklir yang selama ini dipakai untuk pembangkit listrik.
Pasca acara TV itu, tetiba di acara lain, TV tersebut menyajikan semacam pengukuran elektabilitas tiap Parpol. Ada yang naik dan ada yang turun. Dan sela antara keduanya hanya beberapa menit saja. Luar biasa. Bagaimana cara mereka memonitor pergerakan elektabilitas itu?
Jika elektabilitas itu ibarat barang yang dijual di swalayan, tentu menarik bagi Timses Caleg atau Capres untuk bisa memonitor pergerakan elektabilitas calon mereka.
Apalagi bila bisa dilakukan secara real time dan terpusat seperti manajemen informasi di swalayan tadi.
Padahal di Pemilu ini, para Caleg harus bertarung di area yang mungkin tidak semua pemilih tersambung dengan smartphone dan internet yang mencegah mereka dari mengakses berbagai online polling. Bagaimana cara memonitor pergerakan elektabilitas mereka?
Ketika Caleg A membuat suatu acara kegiatan pelayanan kesehatan di suatu RW, dengan 100 peserta, bagaimana cara memonitor elektabilitas dia pasca acara diselenggarakan?
Bagaimana cara si Caleg menebak apa yang di balik kabut ketidak pastian bernama masa depan itu? Mudah saja bagi para direksi di swalayan tadi karena sistem monitoring barang keluar masuk sudah sangat rapi.
Ada caranya.
Asal, Timses Caleg memiliki 4 hal.
1. Manajer Timses yang berperan merancang dan mengendalikan sistem monitoring elektabilitas.
2. Ada agen-agen yang terlatih yang diletakkan di tiap RW atau RT sebagai alat ukur tadi. Ibaratnya, mereka ini berperan mirip dengan alat scanner di swalayan.
3. Ada pusat data yang selalu menerima, menyimpan dan mengolah data yang diterima.
Dan terakhir,
4. Adanya dana yang cukup untuk menjamin kelangsungan sistem itu sampai hari-H Pemilu.
Sehingga dengan cara ini, seorang Caleg di suatu Dapil di republik ini dapat mengelola kampanye sebagaimana Sandra Bullock dan Calon Presiden Castillo mengelola di film box office tadi.
Dimana ramalan dapat segera disusun berdasarkan data riil lapangan dan penyusunan program kegiatan yang tepat dapat segera diantisipasi untuk merespon naik turunnya elektabilitas.