Berkaca dari Anggota DPR

Oleh: Zico Alviandri. 

Kita bercermin untuk memantau kondisi fisik. Mematut kerapian rambut, hingga mengivestigasi cabe yang terselip di gigi. Lalu merapikan apa yang kurang.

Bila cermin digunakan sebagai kiasan, maksudnya adalah menjadikan suatu objek sebagai bahan periksa untuk kondisi diri, apakah kita seperti objek itu, atau lebih buruk, atau lebih baik, untuk kemudian memperbaiki diri.

Karena itu, perilaku sebagian anggota DPR pun bisa dijadikan cermin untuk mematut kepribadian kita.

Kita berkaca dari anggota DPR yang sering tertidur dalam sidang. Lalu periksa apakah kita sering tidak fokus pada ibadah. Hanya fisik yang hadir dalam sholat, tapi hati tidak. Atau apakah kita sering tertidur saat mendengarkan khutbah jum’at dan kajian. Kalau rasanya masih, berjanjilah untuk mengoreksi diri.

Baca juga  Diabolisme Intelektual

Kita berkaca dari anggota DPR yang sering bolos. Lalu periksa apakah kita sering bolos menjalankan hal yang wajib. Apakah kita sering bolos ke masjid saat sholat berjamaah. Apakah kita sering bolos berpuasa, membayar zakat, dll. Kalau masih, berjanjilah memperbaiki diri.

Kita berkaca dari anggota DPR yang main game ketika rapat. Lalu periksa kesungguhan kita dalam beribadah. Apakah puasa kita hanya diisi main game sepanjang hari menunggu buka? Apakah game membuat kita terlambat datang ke masjid? Kalau masih, berjanjilah meningkatkan apa yang kurang.

Kita berkaca dari anggota DPR yang korupsi. Lalu periksa apakah kita selama ini suka zhalim terhadap hak-hak orang lain? Bila benar, bertaubat dan minta maaf lah.

Baca juga  Salahkan Kekejaman Penjajah, Bukan Manuver Pejuang!

Kita berkaca dari anggota DPR yang membuat undang-undang yang tidak berpihak pada rakyat. Lalu periksa apakah kita kurang menaruh perhatian pada keadaan umat Islam. Atau apakah kita sudah bermanfaat bagi sesama?

Dan hal lainnya. Agar kita tidak sibuk membicarakan aib orang. Lebih baik sibuk pada aib sendiri.

Jangan lupa, ada banyak anggota DPR yang baik yang serius memperjuangkan rakyat. Hanya saja kiprahnya tak terangkat oleh media karena prinsip “bad news is good news”. Kita sering mendengar yang buruknya saja. Berkaca juga dari mereka, jadikan pelecut untuk diteladani.

“Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.” (HR Bukhari dalam Adabul Mufrod)

Baca juga  Mengapa Kita Beragama ?

Comments

comments