Belajar Keikhlasan dari Manisnya Gula

Dalam minuman kopi pada dasarnya terdiri dari tiga unsur, yaitu: Kopi, Gula, Rasa. Dimana dalam filosofi ini digambarkan sebagai berikut:

Kopi = Orang tua/wali
Gula = Guru
Rasa = siswa

Jika kopi terlalu pahit, siapa yang salah? Gula lah yang disalahkan karena terlalu sedikit hingga “rasa” kopi pahit.

Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan? Gula lagi karena terlalu banyak hingga “Rasa” kopi manis.

Jika takaran kopi dan gula tepat. Siapa yang dipuji? Tentu semua akan berkata: Kopinya mantaaap! Kemana gula yang mempunyai andil membuat “rasa” kopi menjadi mantaaap?

Seperti itulah seorang guru. Ketika “rasa” (siswa) terlalu manis (menyebabkan diabet) atau terlalu pahit (bermasalah) akan dipersalahkan.

Tetapi ketika “rasa” mantap atau berprestasi maka orang tuanya lah yang akan menepuk dadanya “Anak siapa dulu”

Mari Ikhlas seperti gula yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula pasir memberi rasa manis pada kopi, tetapi orang menyebutnya kopi manis, bukan kopi gula.

Gula pasir memberi rasa manis pada teh, tapi orang menyebutnya teh manis, bukan teh gula.

Orang menyebut roti manis, bukan roti gula.

Orang menyebut syrup pandan, syrup apel, syrup jambu, padahal bahan dasarnya gula. Tetapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis.

Akan tetapi apabila berhubungan dengan Penyakit, barulah gula disebut.. penyakit gula.

Begitulah hidup. Kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang, tetapi kesalahan kita akan ditampakkan dan dibesar-besarkan.

Ikhlaslah seperti gula, larutlah seperti gula

Tetap semangat memberi kebaikan, tetap semangat menyebar kebaikan. Karena kebaikan tidak untuk disebut, tapi untuk dirasakan..

Comments

comments