Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, (Direktur DD Pendidikan, Founder Sahabat Remaja Indonesia)
Ia pemuda biasa. Hanya, ia memiliki mimpi luar biasa. Ia bertekad bebaskan bangsanya dari penjajahan Zionis, Israel. Apapun dan berapapun harga yang harus dibayarnya.
Namun, sebuah musibah menguji nyala mimpinya. Usai lomba head stand (berdiri dengan posisi kepala di bawah) bersama para pemuda lainnya. Tetiba, ia limbung. Ia berusaha bangkit, namun kedua kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya. Ia lumpuh. Usianya baru menginjak 16 tahun ketika itu.
Apakah mimpinya padam? Tidak sama sekali. Ia memang tak mampu memikul senjata. Ia hanya duduk di atas kursi roda. Ia menjadi guru Agama Islam. Dididiknya pemuda-pemuda bangsanya. Anehnya, setiap kali ia mengajar, murid-muridnya seperti “kerasukan”. Semangatnya menyala-nyala dan meletup-letup.
Tiada teriakan, apalagi bentakkan di kelasnya. Karena, memang suaranya tidak lantang. Namun, kata-kata dan petuahnya seperti mengandung “sihir” yang mampu menggerakkan murid-muridnya untuk melakukan apa yang diajarkannya.
Ketika bab qiyamul lail, murid-muridnya begitu hobi bangun pada sepertiga malam. Ketika bab tadarus Al-Qur’an, murid-muridnya menjelma menjadi hamilul Qur’an. Ketika bab shaum sunnah, murid-muridnya menjadi shaimin meski saat musim panas membakar.
Maka, ketika tiba masanya, lelaki ini serukan jihad dan intifadah, segenap pemuda bangsanya menyambut seruannya tanpa ragu. Dari atas kursi roda, lelaki ini mampu menggelorakan semangat jihad dan intifadah bangsanya. Tak heran ia menjadi lelaki paling ditakuti oleh Zionis Israel. Hingga, Zionis Israel harus sampai merudalnya untuk menghentikan sepak terjang lelaki lumpuh ini.
Ajaib! Kita bertanya-tanya, apakah yang istimewa dari lelaki ini? Bukankah ia guru biasa sama dengan guru lainnya? Tidak sama sekali. Ia bukan guru biasa. Melainkan, pendidik sejati yang dalam jiwanya menyala-nyala nilai keikhlasan dan spirit pengabdian hanya kepada Allah.
Dalam pikiran dan jiwanya, hanya satu yang terpatri, ridha Allah semata. Tiada harta atau kepentingan dunia. Maka, lelaki ini memantaskan diri di hadapan Allah sebagai seorang pendidik. Adabnya sebagai pendidik, ibadahnya, ilmunya. Ia amalkan terlebih dahulu sebelum ia ajarkan kepada murid-muridnya. Ia tampakkan teladan dalam dirinya bagi murid-muridnya.
Rupanya, inilah rahasia kekuatan jiwanya. Kekuatan jiwa yang sanggup membakar nyala tekad dan mimpi para pemuda bangsanya. Perkenalkan lelaki yang sedari awal menjadi perbincangan kita adalah Ahmad Yasin.
Adakah pendidik-pendidik di sekolah-sekolah kita seperti Ahmad Yasin? Agar lahir generasi rahilah yang siap mewakafkan dirinya untuk kejayaan Islam. Semoga saja.
Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir
(Shoutul Harakah: Merah Saga)