Kampus Laskar Pelangi

Oleh: Lyra Puspa

Di suatu kampus negeri di Bogor, bukan rahasia lagi ketika anak-anak desa terpencil dari pedalaman melalui jalur undangan sangat diutamakan dalam seleksi masuk. Anak-anak desa dan pinggiran bak anak-anak dalam cerita Laskar Pelangi yang berprestasi akan didahulukan. Pun dibandingkan dengan anak-anak kota.

Di suatu kampus negeri di Bogor, kami anak-anak kota ini belajar kehidupan. Lebih dari sekedar perkuliahan biasa.

Belajar dari seorang teman yang harus merangkap asisten dosen apa saja, demi menyambung hidup selama kuliah. Rela tinggal di samping kandang kambing selama 5 tahun lamanya, demi menjadi sarjana pertama di antara seluruh keluarga dan desa. Lantas ketika pulang kampung menyeberangi samudera, berharap membahagiakan ibunda tercinta dengan toga dan ijazah sarjana di tangan, dan menemui ternyata sang ibunda sudah tiada.

Belajar dari sahabat sekelas, yang harus menikah muda akibat tuntutan adat. Dalam kondisi hamil tua harus bolak-balik Bogor – Mangga Dua. Menenteng tas besar berisi barang-barang dagangan, dan menggelarnya setiap selesai kuliah di kelas demi persiapan kelahiran anaknya. Belajar dari kesabaran dan ketangguhannya, yang mendadak harus mencari naungan di malam hari sembari membawa bayi merah berusia 3 hari, karena sang ibu kos tak mau ada bayi di tempatnya.

Baca juga  Thomas Alfa Edison: Di Balik Penemu Besar ada Ibu yang Berjiwa Besar

Belajar dari teman sefakultas yang luar biasa, selalu cum laude setiap semesternya. Tanpa satupun orang tahu untuk membayar kos Rp 17.500 saja dia harus menunggu ayahnya datang dari pelosok jawa menjual sapi. Dan demi bisa belajar tanpa mampu membeli buku, dia meminta kertas sisa bekas dari warung fotokopi, lalu di sisi baliknya yang masih putih dia merangkum bab demi bab semua buku pinjaman satu per satu.

Belajar dari sahabat sekelas, yang meski IP-nya nyaris 4.0 namun hampir saja tak dapat menuntaskan skripsinya. Menghilang kembali ke desa, demi membantu ibunda yang janda dan sakit keras dengan bekerja menjadi kuli panggul di pasar. Demi biaya berobat sang ibu dan sekolah adik-adiknya. Maka meskipun saya yang terpilih menjadi Mahasiswa Teladan di kampus dan tingkat nasional, saya tahu bahwa sahabat saya inilah yang sesungguhnya pantas mendapatkannya.

Baca juga  Belajar Kesederhanaan dari Seorang Sahabat

Belajar dari seorang Andi Hakim Nasution, sang guru besar yang luar biasa. Yang memberikan tempat bagi anak-anak Laskar Pelangi dari pelosok Indonesia seperti mereka, untuk mengubah nasib keluarga dan desanya melalui pendidikan. Tanpa kemampuan untuk membiayai bimbingan belajar apapun. Berbekal tekad dan kesungguhan untuk maju. Menjual sapi dan sawah hanya untuk bisa berangkat ke Baranangsiang dan Darmaga, kadang harus menahan 4-5 tahun lebih tak jumpa orang tua hingga sarjana.

Di Kampus Laskar Pelangi ini kami anak-anak kota ini belajar kehidupan. Belajar banyak untuk bersyukur. Dari para teman yang tak pernah mengeluh. Dari para alumni yang berhasil menapaki tangga kehidupan dari bawah. Dari para sahabat yang kini bersinar dan yang masih menghilang.

Di Baranangsiang dan Darmaga kami belajar…

Bahwa hidup bukan sekedar kesuksesan. Bahwa kesuksesan bukan sekedar kejayaan. Bahwa kemuliaan bukan diukur dengan uang. Bahwa pendidikan bukan hanya hak asasi, tetapi tiket untuk menjadi pribadi mulia dan mengubah dunia. Dan Indonesia perlu banyak Andi Hakim lainnya untuk membawa anak-anak Laskar Pelangi menjadi mercusuar dunia.

Baca juga  Kekuatan Jiwa Seorang Pendidik

Saya tidak menulis nama-nama mereka yang berhasil berjaya. Biarlah dunia tahu sendiri siapa mereka. Cerita di balik layar jauh lebih berharga bagi kita rasanya. Karena di sini semua keberhasilan bermula.

Tidak salah keputusan saya dulu untuk memilih di mana saya harus belajar. Meskipun saya juga diterima dengan jalur undangan yang sama di salah satu kampus terbesar di Jakarta pada jurusan yang sesuai minat dan talenta. Toh minat dan talenta bisa menunggu. Kehidupan yang hakiki jauh lebih berharga.

Ramadhan adalah bulan yang dikabulkannya doa-doa. Maka dengan ini saya memanjatkan doa yang terbaik bagi para gurunda dan sahabat-sahabat tercinta. Dan bagi semua Laskar Pelangi di manapun Anda berada. Semoga Anda semua betul-betul menjadi mercusuar dunia.

#RamadhanKareem
#RenunganJelangReuniPerakIPB29

 

Comments

comments