Menurut buku berjudul A Concise Public Speaking Handbook karangan Steven A. Beebe dan Susan J. Beebe, public speaking adalah prinsip dasar dari kemampuan berbicara dan komunikasi interpersonal dengan penekanan pada pemikiran kritis, pemilihan materi dan organisasi yang kreatif dan cerdas, serta presentasi lisan [1]. Berdasarkan penjelasan tersebut tidak dapat dipungkiri public speaking merupakan salah satu softskill yang mendukung kesuksesan seseorang. Karena dengan menguasai public speaking seseorang dapat menyampaikan ide-ide yang ada secara elegan, menggerakan hati orang lain dan membuat perubahan. Hal tersebut dapat diketahui dari beberapa public speaker yang hebat seperti Bung Karno, Bung Tomo, Tjokoraminoto, Chairil Anwar, dan Martin Luther King Jr. di mana mereka bisa menggerakan hati orang lain melalui public speaking sehingga terciptanya perubahan.
Lalu apa yang membuat mereka bisa menjadi seorang public speaker ulung? Dalam dunia public speaking terdapat tiga elemen dasar yaitu ethos, pathos, logos yang dikenal dengan Aristotle’s Rhetoric [2]. Berikut ulasan dari tiga elemen tersebut.
sumber: http://www.hercampus.com/school/u-conn/how-become-better-public-speaker
Ethos
Ethos di sini diartikan sebagai karakter atau karisma. Seorang public speaker harus mempunyai karisma dalam menyampaikan pidatonya agar mampu mentransfer energi positif dan semangat kepada audience. Berikut hal-hal teknis yang dapat membangkitkan karismamu. Pertama ialah personal branding, yaitu bagaimana Anda mampu dikenali oleh audience, sebagai contoh ketika Bung Karno naik ke panggung untuk berpidato, audience mengenalnya sebagai presiden Indonesia yang tegas, berwibawa dan dihormati serta ditakuti negara-negara asing. Sehingga audience pun bisa langsung terdiam menatap Bung Karno ketika dia hendak berpidato, karena audience tahu mereka sedang berhadapan siapa. Tentunya personal branding ini perlu proses dalam pembentukannya, harus dibentuk dari perilaku Anda dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, apakah branding yang terpatri dalam diri Anda saat ini? JIka belum tahu, maka bentuklah!. Kedua yaitu kepercayaan diri saat berada di depan audience, istilah demam panggung dapat membuat harga diri Anda jatuh di depan audience, maka sering-seringlah untuk tampil di depan banyak orang sehingga demam panggung dapat teratasi dengan sendirinya. Ketiga yaitu body language atau bahasa tubuh yang sangat diperlukan untuk menunjang kepercayaan diri di depan audience, permainan tangan, postur badan, serta mimik wajah perlu diperhatikan sehingga audience dapat memperhatikan dengan jelas apa yang dibawakan oleh public speaker. Sebagai tips, ketika naik ke panggung mata harus melihat audience dan cobalah untuk hening sejenak sebelum mulai berbicara agar audience dapat memperhatikan public speaker. Lalu saat berbicara, mainkan mimik wajah dan bahasa tubuh sesuai materi yang dibawakan agar perhatian audience tetap terjaga. Orang yang menonjol pada elemen ethos ini disebut sebagai jenderal karena ketika jenderal berpidato akan terlihat karismanya. Inti dari ethos ialah bagaimana public speaker dapat memindahkan energi positif dan semangat kepada audience.
sumber: http://www.nusabali.com/berita/906/8-penyair-dunia-dipastikan-hadir
Pathos
Pathos berarti emosi atau nilai (value). Selain ethos, emosi juga diperlukan dalam public speaking karena menyangkut penghayatan seperti nada suara, intonasi, tempo juga mimik wajah dalam berbicara sehingga nilai yang terkandung di dalam materi dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu, permainan kata-kata seperti puisi, sajak, syair bahkan inspirational quotes dapat digunakan sebagai pendukung nilai yang dibawa. Seseorang yang menonjol pada elemen pathos disebut sebagai pujangga, karena biasanya pujangga mengutamakan permainan kata-kata dan emosi dalam public speaking. Inti dari pathos ialah bagaimana seorang public speaker menggunakan hatinya dalam menyampaikan materi.
sumber: arsip pribadi
Logos
Logos berarti ilmu pengetahuan. Dalam public speaking tidak cukup jika hanya mengandalkan ethos dan pathos untuk memukau audience, diperlukan juga ilmu berupa fakta atau cerita. Karena logos ini yang menentukan seberapa lama Anda akan melakukan public speaking. Bayangkan jika Anda berpidato dengan karisma dan emosi yang baik namun tidak memiliki cukup logos, akibatnya Anda akan kehabisan materi sehingga tak ada sesuatu yang berarti yang disampaikan ke audience. Hal-hal teknis yang dapat mendukung logos ialah rajin-rajin membaca, karena jika kita rajin membaca maka pengetahuan dalam diri Anda akan bertambah sehingga jika di kemudian Anda lupa dengan materi maka otak Anda bisa dengan cepat menyajikan informasi yang lain. Seseorang yang menonjol pada elemen logos disebut sebagai guru, karena biasanya guru lebih mengutamakan fakta, informasi atau cerita dalam mengajar di kelas. Inti dari logos ialah bagaimana seorang pubic speaker dapat memukau audience melalui informasi-informasi yang ada.
Lalu, termasuk yang manakah Anda? Jenderal dengan ethos-nya? Pujangga dengan pathos-nya? Atau Guru dengan logos-nya? Semua tidak akan terjawab sampai Anda mencobanya.
Referensi:
[1] Beebe, Steven A., and Susan J. Beebe. Public Speaking. Allyn & Bacon, 1997.
[2] Braet, Antoine C. “Ethos, pathos and logos in Aristotle’s Rhetoric: A re-examination.” Argumentation 6, no. 3 (1992): 307-320.v