Pelajaran dari Negeri Tetangga: Presiden Baru Singapura

Sepertinya, para aktivis dari kamar sebelah sudah gegap gempita memframing peristiwa pemilihan presiden di Singapura dengan sudut pandang yang tidak elok. Kiranya tidak perlu dikupas lebih lanjut, karena kita sama-sama sudah membaca cuitan dan status mereka. Hemat kami, ada beberapa pelajaran penting maupun logika berfikir alternatif yang bisa kita ambil dari terpilihnya Ibu Halimah Yacob sebagai Presiden baru di Singapura.

Pertama, Kualifikasi Presiden
Setelah melalui rangkaian proses seleksi, ternyata hanya ada 1 orang kandidat yang memenuhi kualifikasi sebagaimana ditetapkan oleh Badan Pemilihan Umum Singapura. Hal seperti ini sangat layak ditiru dan diadopsi untuk Indonesia. Bahkan jika perlu, ada lembaga khusus yang melakukan sertifikasi dan uji kompetensi untuk calon presiden, sebagaimana diberlakukan untuk berbagai profesi (guru, dokter dll). Sehingga, rakyat Indonesia juga bisa mendapatkan kandidat yang bagus, bukan sekedar hasil polesan dan propaganda tim kampanye, konsultan, lembaga survei, media dan cuitan semu dari warganet.

Baca juga  Waspadai Bahaya Lagu Despacito

Kedua, Diplomasi Era Baru
Singapura sering dipandang sebagai negara satelit dan kaki tangan Barat di Asia Tenggara. Lepas dari sistem konstitusi yang berlaku di Singapura, kita tetap wajib bersyukur atas terpilihnya Ibu Halimah Yacob sebagai Presiden. Setidaknya, ini adalah era baru dari sebuah perjalanan panjang untuk mengembalikan Singapura ke khithahnya semula, yang dihuni oleh mayoritas umat Islam dan etnis Melayu. Dalam konteks politik luar negeri, kepemimpinan baru ini diharapkan bisa lebih kooperatif dengan Indonesia, dari isu-isu keislaman, ketenagakerjaan hingga perburuan aset para koruptor.

Ketiga, Poros Pemimpin Muslim
Setahun yang lalu, mungkin sebagian kita merasa skeptis bahwa Jakarta akan dipimpin oleh gubernur muslim. Boleh jadi, tidak pernah terbersit dalam benak kita bahwa negara seperti Singapura akan dipimpin oleh presiden muslim(ah). Namun, makar Allah jauh diatas kalkulasi manusia. PR berikutnya adalah posisi perdana mentri. Semoga semangat ini bisa ditularkan ke berbagai wilayah lain di Indonesia. Singapura saja bisa, semestinya Jabar, Jateng dll juga bisa. Tinggal bagaimana kita bisa mengoptimalkan ikhtiar untuk menjemput takdir yang dijanjikan. Tantangan di Jabar ada Meikarta, sedangkan Jateng berstatus sebagai kandang banteng.

Baca juga  Diskusi Seputar Syiah: Syiah Bukan Islam

Khatimah
Terpilihnya Halimah Yacob sebagai Presiden Singapura, lepas dari segala kontroversinya, semoga bisa memupuk optimisme akan kebangkitan islam di Asia Tenggara. Alhamdulillah prosesnya relatif mudah dan murah, setidaknya bila dibandingkan dengan kasus Jakarta. Boleh jadi, tragedi kemanusiaan di Rohingya juga bagian dari puzzle kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Tapi dengan proses yang berdarah-darah. Wallahu a’lam.

Eko Jun

Comments

comments