Oleh: Zico Alviandri.
Deretan orang-orang terbaik telah selesai menunaikan tugasnya sejak wabah ini merebak. Sedang menikmati amal-amalnya semasa hidup. Tak ada yang perlu disalahkan atau diratapi. Semua berlaku atas ketentuan Allah Al Qadir.
Kalau kaderisasi berjalan baik, maka tak ada masalah mengisi posisi kosong yang ditinggal mereka. Tapi kemudian persoalannya bukan sekedar kaderisasi, namun kembali kepada diri masing-masing, apakah punya kapasitas menggantikan mereka?
Pada peran-peran yang ditinggalkan, apakah tak ada satu pun yang bisa diambil alih oleh diri ini karena minimnya kapabilitas?
Wafatnya seorang ulama, mujahid, aktivis dakwah, adalah sebuah kerugian bagi jaman. Ada ancaman tercerabutnya ilmu. Maka takutlah kondisi itu terjadi.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“
Maka untuk menjaga agar kebodohan tak merebak, harus dipastikan ada ketersediaan ulama yang siap mengambil peran yang ditinggalkan.
Pertanyaannya untuk umat, adakah ulama/mujahid/aktivis dakwah yang masih hidup yang sepadan?
Pertanyaan bagi diri sendiri, apakah siap mengisi peran?
Kalau tak ada pengganti mereka, maka silakan larut dalam tangis-tangis penyesalan berkepanjangan. Kebodohan mengintai begitu dekatnya.
Kalau diri ini tidak siap, maka terimalah kenyataan prestasi pribadi hanya mentok jadi spesialis pengucap kalimat duka cita.
Mereka yang telah berlalu telah selesai dengan upayanya membangun generasi yang kuat.
Tapi PR ada pada kita yang ditinggalkan, apakah mau terus membina diri tanpa mereka?
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An Nisa: 9)
Mereka yang berlalu bukanlah generasi yang tergantikan yang ada dalam surat Al Maidah ayat 54. Namun begitu, kita yang menggantikan tidaklah terbebas dari tuntutan memenuhi kriteria dalam ayat tersebut.
‘Alaa kulli haal, dakwah akan berjalan dengan atau tanpa kita. Kita wafat, atau kita tidak siap, akan ada yang menggerakkan dakwah. Pilihannya perbaiki kapasitas atau jadi residu.
Rabbanaghfirlana wa li ikhwanina alladzina sabaquna bil iman.
Turut berduka cita atas semua orang sholeh yang dipanggil Allah karena wabah. Terakhir tulisan ini dibuat: ustadz Abdullah Said Baharmus dan ustadz Tate Qomaruddin.