Kita tahu, setiap peserta PPSDMS adalah calon pemimpin yang sedang disiapkan sebaik mungkin untuk masa depan. Salah satunya adalah ia dilatih untuk menjadi pemimpin yang selalu terlihat sempurna dimanapun ia berada. Tentu untuk menjadi pemimpin yang selalu terlihat sempurna dimanapun ia berada tidaklah mudah, ia butuh dilatih, dibiasakan, ditempa dan salah satu yang terpenting adalah manajemen. Manajemen yang bagaimana?
Kata kebanyakan orang, pemimpin harus pandai memanage waktunya agar waktu yang ia gunakan bisa optimal dalam setiap urusannya dan mencapai hasil maksimal. Hal yang semacam ini sudah biasa kita jumpai, memanage waktu berarti berbicara mengenai mengatur prioritas. Ini mudah bagi kebanyakan pemimpin yang sudah terbiasa dengan agenda-agenda yang padat. Tetapi walau demikian, ada hal yang tidak bisa dengan mudah dipelajari oleh seorang pemimpin walaupun sudah terbiasa dengan agenda padatnya, yaitu emotional management.
Baru-baru ini saya menemukan fenomena yang saya bersyukur sekali atasnya karena saya jadi mendapatkan pelajaran yang begitu berharga. Ada seorang teman saya yang merupakan seorang pejabat kampus strategis, agendanya katanya banyak, katanya sibuk. Saya kira dia adalah orang yang sangat pandai untuk mengatur waktunya, tetapi saya melihat ada yang kurang karena para anggotanya yang terlihat kurang respect kepadanya. Mengapa? Jawabannya adalah karena ia selalu membawa emosi urusan pribadinya kepada emosi urusan organisasinya. Ia kurang bisa memanage diri, akibatnya semua urusan tercampur aduk, anggota organisasi yang seharusnya tidak perlu mencampuri urusan pribadi kita dan hanya mengurusi masalah organisasi harus ikut menanggung emosi pribadi kita. Misalkan saja kita sedang marah dengan teman dekat kita, lalu kita membawa perasaan marah tersebut saat memimpin rapat. Lalu mungkin juga kita sedang unmood akibat beberapa kejadian, lalu unmood tersebut kita bawa saat memimpin rapat.
Hal di atas adalah contoh kecil dari kurang mampunya seorang pemimpin untuk bisa mengatur emosi dirinya, maka hal tersebut akan berakibat pada tidak terselesaikannya urusan-urusan kita dengan baik. Seharusnya pemimpin mampu bertindak dewasa dan profesional dimanapun ia berada. Bukan mencampuradukkan urusan A dengan B, B dengan C dan seterusnya. Sedang dalam mood apapun dia, dia harus pandai untuk menyesuaikan situasi secara dewasa. Membedakan yang mana public sector dan yang mana private sector, semuanya selesai dengan clear.
“Manajemen emosi tidak lebih mudah daripada memanajemen waktu, karena ia menyangkut hati seseorang”
Zaki Abdullah