[عن جابر بن سمرة]: صعِد النَّبيُّ ﷺ المنبرَ، فقال: آمين، آمين، آمين، فلمّا نزل سُئل عن ذلك، فقال: أتاني جبريلُ، فقال:
(Dari Jabir bin Samurah) Nabi Muhammad saw naik mimbar dan berkata: amin, amin, amin. Maka ketika turun (dari mimbar) ditanya perihal itu (yaitu baca amin tiga kali). Maka beliau berkata: Jibril datang kepadaku dan berkata:
رغِم أنفُ امرئٍ أدرك رمضانَ فلم يُغفرْ له، قُلْ: آمين، فقلتُ: آمين،
Merugilah seseorang yang mengetahui Ramadhan (maksudnya diberi kesempatan hidup di bulan tsb) namun dirinya tidak mendapat ampunan (karena tidak memanfaatkan Ramadhan sebagai; ladang pundi amal, waktu mustajabnya doa-doa termasuk minta ampunan atas salah dan khilafnya. Dan ampunan adalah harapan terbesar setiap hamba). Katakan: amin, maka aku jawab: amin.
ورغِم أنفُ امرئٍ ذُكِرتَ عنده فلم يُصلِّ عليك، قُلْ: آمين، فقلتُ: آمين،
Dan merugilah orang yang ketika namamu (Muhammad saw) disebutkan, namun ia tidak (baca) bersholawat padamu. (dalam hadits lain, siapa yang bershalawat padaku sekali saja, maka Allah merahmatinya dengan sepuluh kali/berlipat. Juga bershalawat jadi tangga menuju syafa’atnya). Katakan: amin, maka aku jawab: amin.
ورغِم أنفُ رجلٍ أدرك والدَيْه أو أحدَهما فلم يُغفرْ له، قُلْ: آمين، فقلتُ: آمين.
Dan merugilah lelaki (seumur dia hidup. Bisa juga dimaknai, lelaki perempuan, tapi perempuan sampai batas ia menikah) yang hidup bersama kedua orang tuanya atau salah satu dari mereka, tetapi lelaki tsb tidak mendapat ampunan ( dari Allah karena tidak menggunakan kesempatan tsb untuk berbakti, meraih keberkahan, ridho mereka yang menjadi kunci ridho Allah dan surga-Nya). Katakan: amin, maka aku jawab: amin.
Hadits di atas tentang:
– manfaatkan Ramadhan
– keutamaan membaca shalawat, terutama saat disebutkan nama nabi Muhammad SAW
– hidup dan berbakti kepada orang tua adalah kesempatan emas.
Ulumul Hadits
Sahabat yang meriwayatkan hadits ini:
Jabir bin Samrah= Al-Albani dalam Shohihul Jami no: 75, derajat shohih) / At-Thobrony no: 2022. / Ibnu Hajar dalam Al-Qoul Badi no: 212, derajat hasan / As-Sakhowy dalam Al-Qoul Badi no: 212, derajat dhoif /
Abu Hurairah= Al-Albani dalam Shohih Adab Mufrad no: 502, derajat hasan shohih, At-Thobroni dalam Al-Mujamul Ausath 8/113.
Jabir bin Abdillah= Al-Albani dalam Shohih Adab Mufrad no: 500, derajat shohih,
Ammar bin Yasir= Al-Haitsamy dalam Majma’ Zawa’id 10/167 dengan perawi tidak dikenali.
Malik bin Alhuwairist= As-Sakhowy dalam Al-Qoul Badi’ no 208 dengan perawi didhoifkan banyak ulama. / Al-Albani dalam Shohih Targhib no: 996, derajat shohih lighoirihi. / Ibnu Hibban dalam Shohih Ibn Hibban no: 409.
Abdullah bin Abbas= Al-Mu’dziri dalam At-Targhib wat Tarhib 2/407 derajat lemah.
Derajat yang disebutkan biasanya lebih ditekankan pada hukum derajat jalur periwatan tertentu, tidak menghukumi semua sanad.
Dengan banyaknya sahabat yang meriwayatkan, dapat menguatkan satu sama lain dan menaikkan derajat hadits satu dengan lainnya.
Dan periwayatannya, terdapat perbedaan redaksi berupa; penambahan, perbedaan kata, atau urutan tiga tema dalam hadits tsb.
Wallahu a’lam
E. Hanafiah, BA, MS, PhD (c)
Kandidat doktor dengan kompetensi Ilmu Hadits dari International Islamic University Islamabad, Pakistan.