Oleh: Ahyani Billah.
Tulisan ini muncul terinspirasi oleh: pagi hari membaca newsletter langganan dari email babycenter bertopik ‘secrets to raising smart kids’, well, semacam pengingat ulang tentang materi-materi parenting yang sudah dibaca berulang-ulang, berkali-kali, yang tidak jarang belum tentu diaplikasikan. Keinginan untuk menjadi orangtua yang baik dan membesarkan amanah anak dengan sebaik-baiknya merupakan hal yang selalu terpatri di sanubari (:D). Dan juga berhubung saya sebagai manusia tidak terlepas dari khilaf dan salah, selalu perlu pengulangan ingatan (reminder) dan kepekaan jiwa (awareness) dalam kaitannya dengan membesarkan para buah hati yang cerdas.
Sumber terkait saya perlebar tidak hanya dari babycenter, tapi juga dari psychological science dan scientificamerican. Untuk mempermudah, saya sertakan visualisasi yang dibantu oleh situs text2mindmap.com. Ok, kita mulai bahasan rahasia ini ya..
Kita tidak bisa menjustifikasi salah dan benar dalam membesarkan anak, karena setiap anak itu istimewa, berbeda satu sama lain, dibesarkan di lingkungan yang berbeda dan orangtuanya juga berbeda satu sama lain. Dan kita pun memahami bahwa banyak faktor baik internal maupun eksternal yang akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Karenanya orangtua cenderung perlu selalu belajar dalam proses ini.
Growth Mindset versus Fixed Mindset
Dweck (2016) Profesor Psikologi Lewis dan Virginia Eaton di Stanford University dalam tulisannya di scientificamerican menyatakan bahwa lebih dari tiga dekade penelitian menunjukkan bahwa focus pada ‘proses’ -bukan kepandaian atau kemampuan- adalah kunci sukses di sekolah dan dalam kehidupan. Bagaimana maksudnya? Pola pikir (mindset) yang perlu dilekatkan ke anak adalah dengan memuji keteguhan atau metode yang digunakan (bukan kepandaian), dengan menceritakan kisah-kisah sukses yang mendorong kerja keras dan kecintaan untuk belajar serta mengajarkan kepada mereka fungsi otak sebagai mesin untuk belajar. Hal ini disebut sebagai ‘growth mindset’.
Berkebalikan dengan ‘growth mindset’ adalah ‘fixed mindset’ yang berpatokan pada kepandaian atau hasil, “Wah, kamu memang pintar.” Terdapat kecenderungan untuk bosan dan jenuh ketika pola pikir anak terpaku pada kecerdasannya dan munculnya anggapan bahwa ‘saya pintar, yang lain tidak’. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku ini juga rawan kepada kegagalan, takut menghadapi tantangan, dan tidak mau mengatasi kelemahan. Bahkan penelitian yang dilakukan Dweck juga menunjukkan bahwa anak yang pola pikirnya terkait dengan ‘kepandaian’ memiliki kecenderungan menyerah setelah mengalami banyak kegagalan, karena merasa apa yang dilakukannya sia-sia. Berbeda dengan anak-anak yang pola pikirnya pada ‘upaya’, mereka menganggap bahwa mereka bisa belajar dari kegagalan yang dialami.
Yups, perlu evaluasi pujian, saudara-saudara…
Feed the brain, Breakfast for champions
Makanan untuk mulut juga merupakan nutrisi untuk otak, dan topik ini dimunculkan oleh Barseghian dan Kelmon (2016). Makanan utamanya sarapan pagi penting untuk mengasah kepekaan dan ingatan, karena makanan yang kita makan akan diubah menjadi glukosa yang baik untuk menambah energy dan nutrisi untuk otak. Murphy, psikolog dari Harvard Medical School menganalisa bahwa melewatkan sarapan erat kaitannya dengan absen dari sekolah, keterlambatan, kemampuan verbal kurang serta problema hubungan antara guru dan orangtua. Makanan yang baik untuk sarapan adalah yang kaya akan protein dan serat karena akan memberikan energi yang tahan lama.
Determine learning style
Kenali metode belajar anak apakah auditori, visual, atau fisik/ kinestetik/ motorik. Dengan mengenali metode belajar anak akan memunculkan kecintaan terhadap belajar dan memiliki kinerja yang baik di sekolah.
Learn a language
Anak yang mempelajari bahasa asing diluar bahasa ibunya memiliki kecenderungan berkomunikasi dengan lebih baik, tidak mudah frustasi, dan memiliki banyak daya upaya dalam mengatasi permasalahannya.
Play music
Area otak yang digunakan ketika bermusik dapat memperkuat area lain otak yang digunakan ketika membaca, berhitung, menyelesaikan masalah dan penalaran spasial.
Read! Bookworm 101
Membaca dapat mengembangkan perbendaharaan kata anak dan mengenalkan pada dunia yang luas. Diantara upaya menumbuhkan kecintaan membaca adalah dengan menyediakan buku-buku bagus di rak khusus anak, memberikan teladan kecintaan membaca, menjadwalkan piknik ke pusat baca seperti took buku atau perpustakaan, membuat pojok baca yang menyenangkan di rumah, membahas kisah yang dibaca bersama, dan bacakan untuknya setiap hari.
Explore the globe
Menjelajahi ‘bola globe’ menumbuhkan kepekaan kultur dan penghormatan terhadap kultur yang berbeda. Kalau boleh dicontohkan, kehadiran kami di Pakistan cukup memberi pelajaran tersendiri. Anak jadi mengenal ada yang kulitnya putih seperti para Pakistani dan Chinese, ada juga teman-temannya yang berkulit gelap dari Nigeria. Dengan mengenal berbagai suku bangsa ini, anak akan belajar menghargai budaya lain dan tidak melihat orang lain berdasarkan fisik semata.
Cara yang bisa dilakukan dari rumah adalah dengan memutar globe sambil menutup mata dan tunjuk satu negara. Misalkan yang tertunjuk adalah negara China, maka topik hari itu adalah apa saja kaitannya dengan China: membaca buku dengan pengarang orang China, menonton film anak China, memperkenalkan kultur China, pergi ke restoran China, dan sebagainya.
Get creative
Seni dapat membuat cerdas. Mundukung proses belajar, menghasilkan akademik yang kuat, lebih lama menyimpan informasi, kepercayaan diri yang tinggi, serta kemampuan berpikir yang berkembang baik.
Islamic Values
Tentu tidak lengkap bagi seorang yang meyakini kesyumuliyahan Islam tanpa menghadirkan nilai-nilai Islam dalam proses tumbuh kembang anak. Semua teori di atas tetap bercacat jika kita menghilangkan konsep aqidah yang selamat. Ibadah yang benar, dan akhlaq yang kokoh. Semua bisa kita perkuat dengan memberikan teladan qurani dan nabawiyah. Karena kita juga meyakini bahwa kita memiliki dua target hidup yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Setidaknya untuk diri sendiri, saya punya cita-cita: I want to be Hafidzah and I want my chidren to be huffadz.. In syaaaLlah…
That’s all for today.. Semoga bermanfaat..
Be better person..
Be better parent..
Grow better generations..
Muslim shalih mushlih generations..
Ahyani Billah – Isb, 020216
Sumber bacaan:
- http://www.babycenter.com/0_secrets-to-raising-smart-kids-feed-the-brain_10336239.bc
- http://www.scientificamerican.com/article/the-secret-to-raising-smart-kids1/
- http://www.psychologicalscience.org/index.php/news/the-secret-to-raising-smart-kids.html