Oleh: Erizeli Jely Bandaro
“Deforestasi itu biasa. Negara lain juga menebang hutan.”
Benar.
Rusia menebang. Brasil menebang. China menebang. Kanada menebang.
Bedanya cuma satu:
Mereka menebang hutan.
Kita menebang hutan dan logika.
China
Di China, setelah menebang, mereka menanam miliaran pohon. China adalah negara dengan kehilangan hutan cukup tinggi (12,8 juta ha pada grafik WRI). Namun China melakukan reboisasi paling besar dan paling disiplin di dunia, dengan program seperti: Great Green Wall Project (menanam miliaran pohon sejak 1978). National Forest Conservation Program. Loess Plateau Rehabilitation, salah satu proyek restorasi ekologi paling sukses secara global.
Dampak? Erosi tanah menurun hingga 70% di wilayah restorasi. Debu badai (yellow dust) dari Gurun Gobi menurun signifikan dibanding era 1990–2000. Banjir besar DAS Kuning (Huang He) yang dulu langganan, kini jauh lebih terkendali. China membuktikan deforestasi bisa diperbaiki bila negara disiplin, terukur, dan memiliki kapasitas birokrasi yang kuat.
Brasil
Brasil kehilangan 73,3 juta ha sejak 2001, kedua terbesar di dunia. Tetapi periode 2005–2014 mencatat penurunan deforestasi hingga 80% setelah Penegakan hukum oleh IBAMA (badan lingkungan Brasil). Sistem satelit DETER untuk memantau pembalakan harian. Moratorium izin kedelai dan peternakan di wilayah Amazon.
Dampak? Kebakaran hutan menurun drastis. Debit sungai Amazon lebih stabil. Emisi karbon turun besar-besaran dalam satu dekade. Brasil menunjukkan bahwa kebijakan yang *“keras tapi konsisten”* dapat menahan kerusakan ekologis meski deforestasi historisnya besar.
Kanada
Kanada kehilangan 62,6 juta ha, namun 94% hutan Kanada adalah public forest dan negara menerapkan:
• Reboisasi wajib setelah penebangan.
• Rotasi logging yang ketat.
• Scientific forest management dengan perhitungan Annual Allowable Cut.
Dampaknya ? Hampir seluruh hutan yang ditebang direstorasi kembali. Kanada tidak mengalami bencana ekstrem seperti banjir bandang atau tanah longsor skala massif akibat logging. 90% sektor logging masuk sertifikasi keberlanjutan FSC/PEFC.
Kanada membuktikan eksploitasi hutan dapat dilakukan dengan disiplin sehingga ekologinya tetap terjaga.
Indonesia
Sementara kita?
Begitu hutan gundul, yang kita tanam adalah alasan. Begitu ada banjir bandang, yang kita bangun adalah narasi. Begitu rakyat terseret arus, yang kita sisakan hanya foto pejabat pakai rompi oranye untuk Instagram.
Negara lain melakukan mitigasi ekologis;
kita melakukan mitigasi reputasi. Yang mereka tutup adalah lubang erosi; yang kita tutup adalah mulut kritikus. Dan ketika statistik menunjukkan Indonesia masuk 5 besar negara dengan kehilangan hutan terbesar, respons kita sederhana:
“Itu curah hujan ekstrem.”
Seolah-olah curah hujan punya hobi membawa bekas gergaji ke hutan dan menebang pohon diam-diam.
Negara lain menanam pohon untuk generasi berikutnya. Kita menanam paragraf pembelaan untuk konferensi pers berikutnya. Negara lain takut kehilangan ekosistem. Kita takut kehilangan investor sawit dan tambang. Inilah komedi ekologis paling mahal dalam sejarah republik: tragis bagi rakyat, lucu bagi elite, dan merusak bagi masa depan.























![[VIDEO] Bincang-Bincang UAS dengan Rocky Gerung](https://www.palingbrilian.com/wp-content/uploads/2020/06/video-bincang-bincang-uas-dengan-218x150.jpg)
![[VIDEO] Teknik Hidroganik, Teknik Baru Budidaya Padi](https://www.palingbrilian.com/wp-content/uploads/2019/10/tani-218x150.jpg)
![[VIDEO] Waspada, Modus Pencurian Mobil saat Sopir Membuka Gerbang](https://www.palingbrilian.com/wp-content/uploads/2019/09/waspada-modus-pencurian-mobil-sa-218x150.jpg)
![[VIDEO] Belajar Matematika Pakai Hotwheels](https://www.palingbrilian.com/wp-content/uploads/2019/09/belajar-matematika-pakai-hotwhee-218x150.jpg)







