Oleh: Muhammad Subroto.
Ustadz Nashir Harist…
Awal berinteraksi dengan beliau adalah saat erupsi Gn. Merapi tahun 2010, ketika kami baru 10 bulan tinggal di Pakem. Ketika itu beliau cukup sering berkunjung melihat kabar kami dan teman-teman.
Banyak momen berkesan yang saya alami bersama beliau. Tapi ada satu yang meninggalkan goresan indah di hati, ketika saya diminta oleh teman-teman menjemput beliau untuk mengisi kajian tarhib Ramadhan sekitar 4 tahun yang lalu. Tentu saja redaksional perbincangan kami tidak 100% sama karena ini kisah bertahun-tahun yang lalu, tapi inti kisahnya kurang lebih demikian
“Masto, antum kalau bulan ramadhan, biasanya tilawah berapa juz?” tanya beliau
“Biasanya 1 juz, ustadz” jawab saya
“Subhanallah, akhi! Hanya 1 juz? Ini bulan ramadhan lho. Seharusnya antum bisa minimal 3 juz per hari. Minimal lho”
“Tiga juz ustadz?” tanya saya. Karena satu juz itu saja sudah butuh effort luar biasa bagi saya.
“Iya, tiga. Bahkan seharusnya bisa lebih” jawab beliau.
“Tapi untuk 1 juz aja saya sudah susah lho ustadz”
“Susah bagaimana?”
“Membagi waktunya…..”
“Nah itulah, karena antum sudah berpikir begitu” potongya
“Kalau antum sudah berpikir sulit, pekerjaan paling mudah pun tidak akan bisa antum selesaikan. Antum harus niatkan, dan yakinkan bahwa antum bisa. Insya Allah, Allah akan memudahkan” lanjut beliau lagi.
Saya hanya terdiam
“Jadi, ramadhan tahun ini antum siap khatam Al Qur’an minimal 3 kali?” tantang beliau
“Insya Allah ustadz. Mohon didoakan” jawab saya.
Beliau lalu mengangkat kedua tangannya lalu berkata “Ya Allah, lancarkan dan mudahkanlah segala urusan hambaMu ini. Jadikanlah setiap langkahnya ringan untuk beribadah dan mendekat kepadaMu”
Walaupun tak lama waktu yang Allah berikan bagi saya untuk mengenal beliau, saya bersaksi bahwa beliau termasuk hambaMu yang shalih dan banyak menginspirasi kami.