Membagi Harapan, Merawat Kepercayaan

Oleh: Azael Munadyan.

Reformasi telah berjalan lebih dari 17 tahun namun mimpi perubahan tidak segera menjadi kenyataan. Mimpi tentang perbaikan kesejahteraan, pendidikan gratis dan berkualitas, pelayanan kesehatan murah tanpa dikriminasi masih jauh panggang dari pada api. Maka tak heran ada sebagian orang yang mencoba mengembalikan memori tentang masa lalu, “Piye kabare le? Enak jamanku tho?” Tulisan ini bersanding dengan gambar Bapak Pembangunan Soeharto yang melambaikan tangan dengan senyum tanpa dosa.

Orang-orang yang hidup pada zaman orde baru secara kasat mata pasti merasa lebih enak hidup pada zaman Soeharto, bahan pokok murah, negara aman dan tentram namun apabila ditelisik lebih mendalam semua itu hanya semu. Semua kejadian berada dalam pengaruh dan tekanan pemerintah.

Reformasi, perubahan apa yang dihasilkan? Setiap hari rakyat disajikan berita korupsi yang merajalela, mafia kasus, kongkalikong antara pengusaha dan pemerintah serta penegak hukum. Koruptor yang telah mengambil miliaran bahkan triliunan uang negara dari pajak rakyat ternyata masih saja bisa tersenyum tanpa dosa. Senyum para pengemplang pajak, mark-up dana pembangunan dan proyek korupsi lainnya. Semua kejadian korupsi ini tak lepas dari keyakinan bahwa mereka bisa mengatur putusan hukumnya,  bahkan mereka seakan ingin  mengirimkan pesan “aku tak sendirian, kalian juga akan menyusul”. Korupsi bukan lagi tindakan perseorangan namun kegiatan berjamaah. Kalaupun boleh menerapkan hukuman mati buat para koruptor, tentu rakyat akan merasa hukuman mati sebuah keadilan.

Korupsi telah memakan harapan bangsa pada keadilan yang katanya di mata hukum dihargai sama. WH Auden pernah mengatakan, harapan habis ketika apa yang adil dan tak adil hanya bisa dipecahkan melalui dusta atau perang.

Syaikh Abdul Qadir Jailani melekatkan itu dalam sifat Ridha ”Hendaklah kau senantiasa rela, berbaik sangka terhadap Tuhanmu, dan bersabarlah, maka segala milikmu tidak akan lari darimu dan segala yang bukan milikmu tidak akan kau peroleh. Maka korupsi sebenarnya merupakan pembunuhan tidak langsung dan sistematis yang dilakukan oleh orang cerdas, kaum kaya terhadap kaum miskin dan bodoh.

Comments

comments