Kemenangan Orang-orang Lalai

486

Hadir dalam satu forum yang semestinya dimulai pukul 9 pagi, kemudian bergeser jadi pukul 10.30. Membuat saya jadi baper. Pun yang hadir bisa dihitung dengan jari dua tangan. Tak sampai setengah undangan yang hadir. Meski forum ini dipandang sangat penting dan strategis. Sayangnya tak dipandang demikian untuk sebagian orang.

Melihat hal ini, tetiba mengingatkan saya pada kisah tentara Thalut yang hendak melawan Jalut. Dalam perjalanan panjang mereka menuju medan peperangan, sebagian pasukan lalai pada perintah.

Alih-alih sekedar menghilangkan haus, mereka asyik bermain di air sungai yang sejuk lagi menyegarkan di tengah terik panas menyengat. Bahkan sebagian dari mereka enggan melanjutkan perjalanan.

Hanya sedikit saja yang tetap berangkat dan akhirnya Allah memberikan kemenangan pada tentara Thalut melalui Nabi Daud.

Mengapa saya ujug-ujug teringat kisah Thalut? Mungkin melihat fenomena yang tengah terjadi bekalangan ini. Forum-forum yang seharusnya selalu dinanti keberadaannya, sepi peserta. Majelis ilmu yang selalu diharapkan bisa mengupgrade diri, tak jauh berbeda. Begitu juga dengan lingkaran berbau surga setiap pekan yang seharusnya sebagai tempat yang selalu dirindukan, menjadi sekedar menggugurkan kewajiban. Peserta tambal sulam, bahkan garing tanpa ruh. Entah karena murobi kurang ilmu atau mutarobi yang kurang semangat. Wallahu’alam.

Berhenti sampai di sini. Saya jadi berpikir. Bagaimana kita ingin menang jika sebagaian besar dari kita justru sedang dalam kondisi lalai. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi, apakah kita termasuk orang-orang yang bersegera melakukan segala kebaikan? Atau sebaliknya.

Bersegera bangun malam untuk melalukan Qiamulail. Bersegera tilawah Al Qur’an sebelum kaki melangkah ke luar rumah. Bersegera hadir berkunjung pada saudara yang tertimpa musibah. Bersegera memenuhi panggilan kerja dakwah. Bersegera, selalu bersegera dalam hal kebaikan. Bukan berlambat-lambat, bahkan tidak ambil bagian dalam hiruk pikuknya barisan kebaikan.

Bukankah dalam Al Qur’an, Allah berfirman untuk bersegera:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133).

Dalam hal memohon ampun saja, Allah perintahkan untuk bersegera. Tidak menunda-nunda barang sedikitpun.  Begitu juga dalam hal berbuat kebaikan.

“Berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (QS. Al Baqarah:148).

Dalam perlombaan, bukan siapa lambat asal selamat. Tapi berlomba lebih cepat, berlomba lebih banyak, berlomba untuk melakukan hal dengan sebaik-baiknya, maksimal yang kita bisa. Bukan minimal dan asal-asalan bahkan yang paling belakang.

Berkaca dari kisah Thalut. Pantaskah jika sebagian pasukan yang tidak ikut melanjutkan perjalanan berharap kemenangan? Meski pada akhirnya pasukan Thalut menang. Pantaskah mereka turut bahagia dengan kemenangan di tangan?

Disini, hanya dua pilihan. Tertinggal seperti pasukan yang lebih memilih aman dan nyaman tak turut berperang. Atau bagian dari sedikit pasukan yang terus berjuang hingga Allah saja yang akan menentukan, menang atau kalahnya kita.

Berharap menang, memang baik. Satu bentuk optimis yang bisa melecutkan semangat. Tapi hanya berharap tanpa aksi nyata dan terus dalam kondisi lalai, rasanya mustahil pertolongan Allah akan turun. Padahal pertolongan Allah itu dekat. Bahkan Allah sudah siapkan kemenangan untuk orang-orang yang bekerja sebagai penolong-penolong agama Allah.

Nggak percaya? Baca lagi deh Al Qur’an QS. Ash Shaff 10-14. Jelas tertulis di sana.

Berharap menang, ya jangan LALAI.

Dewi Liez

Comments

comments