Saat dilaksanakan manasik haji di Masjid Al Madinah Dompet Dhuafa, Kemang, Bogor, saya terlihat cukup mencolok di antara para orang dewasa yang kebetulan hadir di tempat tersebut. Banyak sekali murid taman kanak-kanak (TK), ratusan mungkin ribuan, namun saya tentu sangat terlihat di antara kerumunan tersebut. Tidak sedikit pula orang dewasa, baik yang berposisi sebagai guru TK atau pengantar peserta.
Saya terlihat mencolok bukan karena menggunakan pakaian aneh atau mewah. Saya pun mencolok bukan karena melakukan tingkah-tingkah aneh di luar logika. Saya terlihat mencolok karena saya satu-satunya pria di acara pada pagi hari yang sejuk dan cerah tersebut. Semua pengantar atau orangtua murid serta guru TK adalah wanita.
Saya bukan guru TK, jika iya, maka saya bukan hanya akan mencolok pada saat itu saja, mungkin di Indonesia, bahkan dunia sepanjang masa karena sepengatahuan saya, semua guru TK pasti adalah wanita.
Adakah alasan logis mengapa hampir semua atau bahkan semua guru TK di Indonesia adalah wanita?
Mari kita hubungkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Pennsylvania yang dilansir tahun 1991. Mereka menyimpulkan bahwa pria ternyata lebih cepat pikun dibandingkan wanita. Pria lebih cepat kehilangan sel-sel otak terutama yang berhubungan dengan bahasa, berpikir rasional, dan rasa bahagia. Frasa terakhir pada kalimat terakhir bisa dijadikan sebagai hipotesis atas pertanyaan di atas. Otak yang mengalami kemunduran adalah bagian kiri, yaitu bagian yang mengontrol kemampuan yang telah disebutkan di atas. Kecepatan kemunduran ini sampai tiga kali lebih besar pada pria dibandingkan pada wanita.
Menurut Prof. Ruben Gur yang terlibat dalam penelitian tersebut, penemuan ini paling tidak membenarkan anggapan selama ini bahwa daya ingat wanita tetap tajam dibandingkan pria bersamaan dengan bertambahnya usia, dan barang kali juga bisa menerangkan mengapa pria sering kali merasa tidak bahagia pada hari tuanya.
Penelitian tersebut menemukan bahwa walaupun pria dan wanita sama-sama mengalami proses kehilangan sel-sel otak sering bertambahnya usia, tetapi kecepatan kematian sel-sel otak, yang prosesnya disebut atrofi, terjadi lebih cepat tiga kali pada pria dibandingkan pada wanita.
Selain fakta di atas, pria juga cenderung kehilangan lebih banyak sel otak pada bagian permukaan otak. Bagian ini diduga merupakan bagian otak yang memengaruhi kemampuan kognitif seseorang seperti berpikir rasional, mengalkulasi, merencanakan, dan mengonsep. Pria juga kehilangan lebih banyak sel otak pada bagian tengah otak yang berfungsi mengatur emosi serta kemampuan bertahan hidup.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Gur, yang menjabat sebagai kepala laboratorium tingkah laku otak serta professor bidang neurofisiologi, psikiatri, dan neurologi berujar, “Seharusnya prialah yang diminta untuk pension lebih awal!”
Kiri Lebih Banyak
Kalau wanita kehilangan sel otak kiri dan kanan dengan seimbang, maka pria kehilangan sel-sel otak sebelah kiri dua kali lebih banyak dari sel-sel otak sebelah kanan. Otak sebelah kiri berhubungan dengan kemampuan bahasa, bicara, berpikir logis, dan analitis, sedangkan otak sebalah kanan berhubungan dengan kemampuan dalam memahami ruang, pegenalan wajah, serta kemampuan berpikir rasional yang nonverbal. Bagian otak sebelah kanan juga berhubungan dengan proses emosional seperti mengenali dan mengekspresikan perasaan, sementara bagian otak sebelah kiri mengatur emosi yang positif seperti rasa bahagia.
Menurut Gur kembali, penelitian tersebut meramalkan bahwa pria cenderung menunjukkan perasaan negatif seiring bertambahnya usia. Maka, tidak salah jika Gur berpendapat bahwa pria seharusnya lebih awal pensiun agar hidupnya lebih bahagia.
Daya tahan serta kemampuan otak wanita yang lebih bagus daripada otak pria, dapat dijadikan alasan logis atas banyaknya wanita yang menjadi guru TK. Guru TK adalah guru yang harus pandai berpikir rasional, mengalkulasi, merencanakan, mengonsep, berbahasa, berbicara, berpikir logis, menganalisis, dan yang paling penting adalah merasa bahagia.
Jika melihat hasil penelitan tersebut, sepertinya, guru masa kini untuk semua jenjang yang harus pandai dalam berbagai bidang, baik hard skills maupun soft skills, baik merencanakan maupun melakukan pengajaran, baik memulai maupun mengakhiri kelas, seharusnya adalah wanita. Jika memang ada pria yang memang telah atau berencana menjadi guru, tampaknya harus punya usaha ganda. Akan tetapi, hasil penelitian ini pun tidak kemudian dijadikan apologi para guru pria bahwa murid dan kelasnya boleh biasa saja.
Hasil magnetic resonance imaging (MRI) yang dilakukan Prof. Gur dkk. ini sangat unik, menarik, mungkin agak sedikit menggelitik. Tidak salah jika kemudian saya membuat slogan yang –semoga- artistik, “Kaum Hawa Adalah Guru Terbaik!”
J. Firman Sofyan, Guru Bahasa Indonesia SMART Ekselensia Indonesia