Pergunakanlah ilmumu itu kemudian, untuk menuntun bangsamu keluar dari kegelapan yang tiada habis-habisnya – Pramoedya Ananta Toer
Pendidikan adalah salah satu kunci untuk kebangkitan bagi sebuah bangsa. Salah satu elemen dari kebangkitan yang sangat berperan adalah para pemudanya. Ya, pemuda memainkan salah satu peran dari 4 peran besarnya yaitu sebagai agent of change memiliki kekuatan besar untuk menjamin keberlangsungan masa depan sebuah negara. Seperti Muhammad Al Fatih, Soekarno dan Hatta, Mahatma Gandhi, dan Bill Gates. Muhammad Al Fatih menjadi panglima perang di usia sangat muda, Hatta muda mendirikan Perhimpunan Indonesia saat studi di Belanda dan perhimpunan tersebut menjadi pengantar pergerakan kemerdekaan Indonesia, serta Bill Gates berhasil menghasilkan Algoritma Pancake Sorting sebagai solusi dari permasalahan pemograman saat Bill muda sedang menempuh pendidikan tahun keduanya di Harvard. Tentunya masih banyak lagi sejarah-sejarah hebat pemuda dengan segala bentuk kontribusinya.
Pemuda selalu mempunyai semangat belajar, berkolaborasi, dan berkarya. Semangat-semangat pemuda yang terorganisir akan berlipat dan menumbuhkan energi positif yang luar biasa untuk bisa disampaikan kebaikan dan kebermanfaatannya kepada orang lain. Namun jika energi positif dan kebaikan tersebut tidak terorganisir maka tidak akan mampu mengubah dunia. Untuk itu perlu adanya wadah inkubasi dan sinergisitas yang tepat, yaitu wadah yang memiliki visi dan misi untuk mencetak sumber daya manusia unggul, strategis, dan berkarakter pemimpin yang bertanggung jawab, berprestasi, berkontribusi, dan berperan aktif di tengah masyarakat. Bahkan dalam sebuah kesempatan, Ridwan Kamil menyampaikan bahwa sebagai agent of change pemuda harus memiliki lima aspek, yaitu visionary, risk taker, innovative, strong leadership, dan problem solver. Maknanya banyak sekali peran yang harus diambil pemuda untuk terus berkontribusi untuk bangsa ini.
Kontribusi merupakan salah satu bentuk karya dan karya adalah bukti nyata kekuatan para pemuda. Pemuda dalam ranah kontribusinya harus memiliki pengetahuan dan kemampuan, serta perilaku. Pengetahuan berfungsi sebagai dasar dan pendukung kemampuan pemuda dalam berkontribusi. Berikut adalah pengetahuan dan kemampuan yang sebaiknya dimiliki d alam berkontribusi. Pertama, pemuda sebaiknya mengetahui dan memahami ilmu sosiologi masyarakat. Masyarakat merupakan sebuah entitas besar yang memiliki keberagaman karakteristik. Untuk berkontribusi membutuhkan kedekatan personal dengan masyarakat. Metode pendekatan masyarakat akan kita ketahui apabila kita memiliki pemahaman yang baik mengenai ilmu sosiologi masyarakat dan akan mewujudkan pemuda yang peka dan responsif terhadap keadaan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Kedua, pemuda sebaiknya mengetahui dan memahami konsep dan metode rekayasa sosial. Pemuda yang memiliki kepekaan dan daya responsibilitas akan mudah mengenali problematika yang terjadi di masyarakat. Sebelum dia mewujudkan kontribusinya, pemuda harus memiliki konsep dan metode rekayasa sosial dengan jalan mengetahui dan memahami keduanya. Sebuah konsep dan metode rekayasa sosial yang tepat akan menghasilkan platform social movement yang tepat pula. Konsep dibangun dengan pola pikir yang matang. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini adalah massifnya gerakan masyarakat dengan berbagai platformnya yang dinilai tidak matang karena kurangnya daya untuk “merawat” platform yang sudah dibentuk tersebut. Selain itu, konsep yang dibangun tidak berdasarkan kedalaman pola pikir.
Dalam suatu kesempatan Ivan Ahda, Direktur Eksekutif Muda Forum Indonesia Muda, menyampaikan bahwa salah satu bentuk rekayasa sosial yang dapat dilakukan pemuda yaitu dengan memobilisasi sumber daya. Ketiga, pemuda sebaiknya mengetahui dan memahami konsep dan metode pemberdayaan masyarakat. Setelah membentuk konsep dan metode rekayasa sosial, konsep tersebut akan berlanjut pada pemberdayaan masyarakat. Pada aspek ini pemuda dituntut untuk memahami program pemberdayaan yang tepat dan berdaya jangkau panjang, serta utamanya pemberdayaan masyarakat didasarkan pada potensial daerah dan potensi masyarakatnya. Keempat, pemuda sebaiknya memiliki konsep dan metode advokasi kelompok minoritas. Adanya keberagaman masyarakat tidak memungkiri akan adanya kelompok minoritas. Artinya kita sebagai pemuda harus mengetahui dan memahami bagaimana cara pengadvokasian kelompok minoritas tersebut agar berjalan seimbang di dalam masyarakat dan tidak ada ketimpangan sosial. Dan yang terakhir adalah konsep dan metode sosial entrepreneurship. Indonesia Madani menjadi salah satu konsep perekonomian Indonesia di masa yang akan datang. Salah satu perwujudannya yaitu membentuk social entrepreneurship, sehingga membentuk perekonomian masyakarakat yang mensejahterakan dan bermartabat.
Konsep tersebut akhirnya membentuk platform berpikir yang luas menganai arah kontribusi yang selama ini telah dilakukan. Kontribusi tidak hanya bagaimana mewujudkan suatu karya di dalam masyarakat. Jalur berkontribusi tidak memiliki batasan, asalkan dengan parsyaratan dia mampu memberikan suatu karya di dalam suatu perubahan yang lebih baik.
Melakukan kontibusi salah satunya yaitu dengan belajar dan menekuni satu disiplin ilmu yang menjadi jalan besar peran kontribusi akan dilakukan. Memilih belajar dan menekuni bidang Pendidikan Sekolah Dasar salah satunya. Bagi saya menyelesaikan permasalahan di bangsa ini, apalagi pendidikan dasar, tidaklah cukup dengan aksi dengan tangan kosong tanpa kepakaran ilmu yang mendalam. Konsep penanaman pendidikan, baik yang saya dapatkan melalui teori dan praktik, menjadi bekal dalam mengatasi pendidikan dasar di Indonesia. Seorang guru sekolah dasar menjadi peletak dasar konsep pemikiran anak, apabila gurunya tidak memiliki kematangan dalam kepakaran disiplin ilmunya maka sama saja merusak satu generasi perubah Indonesia.
Berkontribusi dalam mengajak sesama mahasiswa yang terdapat di lingkup terdekat dapat dilakukan dengan mengambil posisi strategis. Bukan untuk sebuah ambisi kekuasaan tentunya, melainkan menyalurkan energy positif, kebaikan, dan kebermanfaatan bagi sesama. Pola-pola kontribusi dilakukab melalui formatif dalam bentuk program kerja lembaga mahasiswa yang mengunggulkan keilmuan, kajian sosial politik pendidikan, pemberdayaan mahasiswa, pelayanan mahasiswa, dan penguatan jaringan dengan tetap menjunjung tinggi tri dharma perguruan tinggi.
Rencana kontribusi menjadi tujuan akhir dari kematangan pola pikir sosial kemasyarakatan. Mahasiswa akan menjadi garda terdepan masyarakat, itulah harapan positif. Meneruskan sebuah inisiasi gerakan sosial yang diwujudkan melalui konsep persekolahan. Mengambil gagasan besar dari H.O.S. Cokroaminoto, kami membentuk Sekolah Cokro dengan tujuan strategis pembentukan moral dan mental mahasiswa agar memiliki karakter pemimpin yang telah di jelaskan pada keterangan di awal. Sekolah Cokro memiliki rencana aksi berupa uraian singkat permasalahan bangsa, satu dari empat sektor strategis (pendidikan, kesehatan, kedaulatan bangsa, dan kesejahteraan). Untuk kemudian menjadi latar belakang pembuatan rencana aksi untuk bberkontribusi memberikan solusi atas permasalahan. Dengan menggunakan konsep SMART (Spesific, Measureable, Attainable, Realistic, dan Time-framed) diimplementasikan dalam kelas-kelas SDM kelompok peserta. Masing-masing kelas yang diinisiasikan untuk menguatkan kemampuan pendukung, salah duanya adalah leadership dan journalistic. Adapun rencana aksi yang dilakukan harus memiliki detail yang jelas mengenai tujuan, ruang lingkup, tempat dan waktu, dan indikator keberhasilan.
Konsep tersebut tidak akan pernah terwujud maksimal apabila kita lakukan sendiri. Karena berjuang untuk bangsa ini tidaklah cukup dengan sendiri.
Kartika Isna Sujati
Mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar-S1
Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara VI Regional Yogyakarta