Oleh: Purwo Udiutomo, GM Beastudi Indonesia
Entah mengapa tiba-tiba belakangan ini marak diskusi tentang bumi bulat vs bumi datar. Saya yang tidak tahu apa-apa mendadak dimintai pendapatnya. Flat Earth Theory yang diisi dengan bumbu konspirasi tentu menjadi daya tarik tersendiri untuk dibahas. Tidak sedikit orang melakukan debat kusir mempertahankan pendapatnya. Tidak jarang dengan kata-kata yang kurang pantas. Ada juga yang ikutan sok tahu kayak saya ^_^. Tidak sedikit juga orang yang tidak mau ambil pusing untuk membahasnya. Lebih baik berbekal untuk kehidupan akhirat dengan iman, ilmu dan amal shalih. Memang benar sih, debat tentang bentuk bumi cenderung tidak produktif, namun sesekali bolehlah saya ikut meramaikan pendapat yang belum tentu teruji kebenarannya. Ya, karena yang benar tentu datangnya dari Allah SWT.
Kontroversi teori bumi datar memang bukan hal baru, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu juga sudah menjadi perdebatan tak berujung. Diskusinya mungkin bisa saja langsung selesai jika pihak pendukung flat earth bisa memberikan pembuktian nyata, bukan sekedar pembuktian terbalik. Misalnya foto bumi datar dilihat dari luar angkasa bukan sekadar kritik terhadap foto buatan komputer atau Computer Generated Imaginary (CGI) yang diterbitkan NASA. Atau foto dinding es di antartika ketimbang sibuk menganalisa kebenaran tentang peluncuran satelit atau pendaratan di bulan. Jika dilihat dari berbagai video dan penjelasan yang banyak tersebar di dunia maya, argumentasi pendukung flat earth memang seakan-akan ilmiah, penuh asumsi dan cocokologi yang seolah merupakan suatu kebenaran.
Ya, saya pribadi cenderung mengambil pendapat bahwa bumi ellipsoid, bulat dengan sedikit pemampatan di kedua kutubnya, sampai ada pembuktian nyata yang benar-benar memperlihatkan bentuk lain dari bumi. Adapun berbagai peta bumi datar yang salah satu di antaranya ada dalam bendera PBB adalah untuk memudahkan gambaran keseluruhan negara. Gambar globe dua dimensi tidak akan memperlihatkan gambar di sisi sebaliknya, masak iya bendera gambarnya harus dibuat bolak-balik agar tidak ada negara yang merasa dianaktirikan. Tapi bukankah dalam Al Qur’an banyak disebutkan bahwa bumi dihamparkan? Ayolah, hamparan itu bukan berarti datar tetapi luas membentang. Tersedia, siap untuk diapa-apain. Lagipula penjelasan lebih lengkap bisa dilihat dalam tafsirnya, tanpa harus cocokologi. Setahu saya sih tidak ada ayat dalam Al Qur’an yang secara eksplisit menyebutkan bentuk bumi bulat atau datar. CMIIW.
Saya bukan pakar astronomi, apalagi ahli astrologi ^_^. Sebagai orang awam, saya beranggapan bahwa satu kebohongan akan mendatangkan kebohongan yang lain. Bisa dibayangkan betapa banyaknya kebohongan yang harus ditutupi jika ternyata bumi benar-benar datar. Bukan hanya membohongi tentara yang menjaga antartika dan keluarganya, juga harus membohongi semua ilmuwan, pekerja yang bergerak di bidang teknologi satelit dan keantariksaan, dan banyak lagi kebohongan yang harus dibuat dan disembunyikan rapat. Lebih jauh lagi, saya malah melihat teori bumi datar ini masih memiliki banyak celah. Misalnya, rasi bintang pari/ layang-layang yang selalu terlihat di selatan. Jika bumi datar dan bintang ada dalam kubah bumi, rasi bintang selatan di Indonesia seharusnya terlihat di barat atau timur dari wilayah yang berbeda 90 derajat dari Indonesia, atau bahkan terlihat di ujung utara dari wilayah yang berseberangan dengan Indonesia. Itu baru bicara tentang rasi bintang, belum lagi penjelasan tentang aurora dan efek Coriolis yang sulit dijelaskan dengan teori bumi datar.
Selanjutnya mengenai perbedaan waktu. Semakin jauh dari kutub utara bumi datar, perbedaan waktunya akan semakin kecil untuk jarak yang sama, namun kenyataannya tidaklah demikian. Teori bumi datar juga akan kesulitan untuk menjelaskan mengenai tahun syamsiyah dan tahun qomariyah sebab kecepatan revolusi matahari sama dengan revolusi bulan. Fenomena gerhana dalam teori bumi datar cuma bisa dijelaskan sebatas asumsi adanya antimoon, padahal gerhana sudah ada sejak zaman dahulu, jauh sebelum freemason –apalagi NASA—yang dituding sebagai konspirator didirikan. Selain itu jika matahari tetap ada di atas mengapa es di kutub utara tidak mencair? Atau mungkin ada konspirasi berupa freezer raksasa di kutub utara? 😀
Pun demikian, teori bumi datar sukses membuat saya kembali mempertanyakan tentang kebenaran akan rotasi bumi. Jika memang bumi bergerak mengitari matahari (heliosentris) ataupun sebaliknya (geosentris), tanpa rotasi bumi pun sudah akan terjadi siang dan malam, hanya lamanya siang dan malam saja yang mungkin berubah. Tapi waktu itu pun relatif, karena sebenarnya lamanya waktu satu harilah yang dipakai untuk menentukan kala rotasi, bukan sebaliknya. Sulit membayangkan bumi bergerak dengan kecepatan lebih dari 1600 km/jam tapi kita sama sekali tidak merasakannya. Penjelasan yang ada hanyalah bahwa kita berada dalam sistem yang bergerak dengan percepatan nol sehingga tidak merasakan putaran yang begitu cepat. Lalu mengapa jika kita naik mobil atau kereta dengan kecepatan konstan (percepatan nol), kita tetap merasa bergerak? Karena kita terpengaruh dengan gerak semu di sekeliling kita, konon jika kita naik komedi putar dalam kotak tertutup raksasa, kita pun tidak akan merasakan putaran komedi putar. Benarkah?
Bagaimana dengan pesawat? Dalam kondisi duduk kita tidak merasakan pesawat bergerak dengan cepat. Tapi jika kita coba bergerak dalam kabin pesawat misalnya, akan terasa bahwa ketika kita berjalan berlawanan arah dengan arah pesawat langkah kaki akan lebih ringan, sebaliknya langkah akan lebih berat ketika kita berjalan searah dengan arah pesawat. Dalam dunia pelayaran, hal tersebut dikenal dengan efek eotvos yang menjadi salah satu bukti adanya putaran bumi. Tapi mengapa efek eotvos tidak terasa di kendaraan darat. Tidak hanya itu, kita juga tidak merasakan bedanya menendang bola ke arah timur dan barat, ataupun perbedaan waktu yang signifikan ketika melakukan perjalanan ke timur dan barat. Padahal bumi berputar dari barat ke timur dengan kecepatan yang sangat tinggi. Lalu, dengan kecepatan seperti itu, mengapa angin tidak hanya berhembus berlawanan arah dengan arah rotasi bumi sebagaimana kita merasakannya ketika naik kendaraan dengan kecepatan yang jauh lebih lambat? Gerakan awan pun bisa ke segala arah. Berarti kecepatan angin dan awan yang searah dengan arah rotasi bumi luar biasa, mencapai ribuan km/ jam? Dalam menembak sasaran juga yang lebih menentukan adalah arah angin yang hanya beberapa km/ jam, bukan rotasi bumi yang kecepatannya lebih dari 1600 km/ jam. Sebagai catatan, badai dahsyat pun kecepatannya hanya puluhan hingga ratusan km/ jam.
Semua pertanyaan kritis tersebut sebenarnya bisa dijawab jika ternyata bumi memang berputar, namun kecepatannya jauh lebih kecil sehingga kita tidak merasakannya. Bandul Foucault yang selama ini dianggap sebagai pembuktian adanya rotasi bumi hanya menggambarkan adanya gerakan bumi, tidak menggambarkan kecepatannya. Secara validitas, percobaan tersebut malah tidak sekuat percobaan yang dilakukan Michelson-Morley untuk membuktikan keberadaan eter yang justru hasilnya malah menguatkan bahwa bumi tidak bergerak. Percobaan menarik dilakukan Berzenberg dan Reich yang menjatuhkan peluru logam dari menara setinggi 110 meter dan ternyata jatuhnya peluru tidak tepat tegak lurus tapi agak melenceng ke arah timur. Kecepatan lebih dari 1600 km/ jam artinya setara dengan kecepatan lebih dari 400 meter/ detik. Sementara dalam gerak jatuh bebas dari ketinggian 110 meter, dibutuhkan waktu puluhan detik sebuah benda mencapai tanah. Seharusnya hasilnya bukannya agak melenceng, tapi jauh melenceng hingga puluhan kilometer. Bumi mungkin tidak benar-benar diam, tetap bergerak untuk menjaga keseimbagannya, namun tidak harus secepat itu. Semakin cepat rotasi, permukaan bumi seharusnya lebih rata tidak ada gunung yang menjulang sangat tinggi karena terkikis. Semakin cepat rotasi, air laut pun akan bergejolak sangat tinggi karena adanya gaya sentripetal. Semakin cepat rotasi, satelit harus bergerak dengan kecepatan yang amat sangat tinggi sehingga komponennya akan mudah rusak dan terbakar. Apa benar bumi berotasi? Secepat itu?
Lho, bukannya jika bumi berotasi lebih lambat maka lama waktu siang dan malam akan semakin panjang? Betul, tapi itu jika mataharinya hanya diam, tidak ikut bergerak mengelilingi bumi. Jika matahari turut bergerak mengelilingi bumi dengan arah yang berlawanan dengan arah rotasi bumi, lama waktu siang dan malam dapat signifikan dipangkas. Berarti saya penganut geosentris? Bisa iya, bisa tidak. Jika dipaksa memilih, yah antara geosentris dan heliosentris, mungkin mirip dengan tychonic system dengan beberapa perubahan. Bukti adanya revolusi bumi selama ini yang kerap jadi acuan adalah aberasi dan paralaks bintang. Namun bagaimana jika bukan hanya bumi, tetapi bintang sebenarnya juga bergerak? Dan matahari yang juga merupakan sebuah bintang juga turut bergerak? Penemuan terbaru mengungkapkan bahwa benda langit dan alam semesta ini memang bergerak. Sebuah benda yang bergerak akan menghasilkan gerakan semu terhadap benda lainnya. Jika kedua benda bergerak, maka yang terjadi adalah gerak relatif tergantung titik acuannya. Jika matahari dijadikan titik acuan ya bumi yang bergerak mengelilingi matahari, sebaliknya jika titik acuannya bumi maka matahari yang mengelilingi bumi. Hal itu terjadi karena tidak ada benda langit yang benar-benar diam statis. Tetap bergerak untuk menjaga keseimbangan kehidupan.
Terakhir, tulisan ini hanya opini pribadi, tidak perlu dianggap terlalu serius dan diyakini sebagai sebuah kebenaran. Karena hanya Sang Pemelihara Alam Semesta-lah Yang Maha Mengetahui fakta sebenarnya di balik penciptaan lagit dan bumi. Tidak sedikit juga manusia yang seakan mendahului Allah SWT dalam memastikan sistem alam semesta. Bukan lagi geosentris atau heliosentris, tapi sudah berubah menjadi egosentris. Merasa paling benar dan pendapatnya adalah satu-satunya kebenaran. Buat saya pribadi, tulisan ini merupakan sebuah tafakur sekaligus tadzakur, betapa kecilnya diri kita, betapa terbatasnya indera kita, dan betapa sedikitnya ilmu kita.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imron: 190 – 191)