Menjadi Bunda yang Dirindukan

Salah satu fenomena remaja sekarang adalah tidak kangen pulang. Seringkali saya mendapati remaja putri, apalagi remaja putra yang masih asyik nongkrong dan kongkow, padahal waktu sudah menunjukkan rentang pukul 11-12 malam. Fenomena ini membuat saya berpikir apa yang terjadi dengan remaja sekarang?

Hasil observasi saya menunjukkan para remaja itu memang sengaja tidak mau pulang karena tidak ada yang dikangeni di rumah. Tidak ada emosi yang mengikat mereka, sehingga bersegera pulang ketika waktu menjelang magrib. Ini masalah serius.

Maka, para orangtua, terutama para bunda mesti merenung mengapa para remaja itu tidak kangen pulang? Tidak memiliki ikatan emosi dengan bundanya? Tidak ada magnet yang menarik mereka untuk selalu kangen pulang.

Karena itu, indah sekali ketika kita menginsyafi ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 233,
“Para Ibu hendaklah ‘yurdhi’na’ anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui dengan sempurna…”.

Perhatikan kata ‘yurdhi’na’ yang merupakan bentuk fi’il mudhari’ yang menunjukkan aktifitas sekarang dan terus berlangsung. Ternyata dari sini emotional bounding antara Ibu dengan anaknya dibangun. Sejak 0-2 tahun. Dan, inilah fase terpenting untuk membangun emotional bounding.

Maka, para bunda yang baik, adalah berbeda yurdhi’na (menyusui) dengan memberikan ASI melalui botol. Dalam yurdhi’na ada dekapan, belaian, dan sentuhan Ibu kepada anaknya. Ada untaian doa dan shalawat yang bisa dibaca seiring yurdhi’na. Inilah emotional bounding itu. Kelak, si anak terikat hatinya dengan Ibunya.

Namun demikian, saya tidak bermaksud ‘menyudutkan’ Ibu yang bekerja. Bukan ini poin diskusinya. Kapan-kapan kita bisa diskusikan. Poinnya adalah bagi para bunda yang bekerja, manfaatkanlah waktu sejak pulang bekerja, malam, sampai pagi untuk yurdhi’na dengan baik. Lupakan sejenak lelahmu. Tetaplah ajak ngobrol, bercanda, dan doakan anak-anakmu dengan penuh kasih sayang.

Fondasi emotional bounding yang telah terbangun ini, tentu harus diperkuat dengan pengasuhan yang penuh kasih sayang. Ketika anak sudah mulai sekolah, dan saat anak pulang sekolah, pertama-tama yang ditanya bukanlah ada tugas apa, kerjakan PR, lakukan ini dan itu. Bukan itu bunda.

Yang pertama-tama perlu ditanya adalah bagaimana perasaanmu hari ini sayang? Apakah menyenangkan? Adakah hal yang membuatmu sedih? Sini ceritakan sama bunda. Bunda pasti bantu kamu sebisa bunda. Kalau bunda nggak bisa bantu, nanti kita ceritakan ke buya (ayah) supaya buya yang bantu menyelesaikan.

Dialog seperti ini yang dirindukan anak remaja sekarang. Sayangnya orangtua sekarang abai dengan hal ini. Mereka lupa untuk menyentuh sisi emosi anak. Akibatnya, anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. Bukan fasilitas di rumah yang serba ada yang membuat anak remaja kangen pulang. Melainkan, kasih sayang lembut dari bunda dan buyanya.

Syafei El-Bantanie

Comments

comments