Setiap orang memiliki batas, tak terkecuali pada seorang pahlawan super sekalipun. Dia akan hancur luluh jika melampaui batas kemampuannya. Dia juga akan hancur kala musuh mampu memasuki dan mengobrak-abrik bunker pertahanan di dalam jiwa, tempatnya spirit dan daya juang. Mari kita belajar pada salah satu film superhero terbaik sepanjang masa, The Dark Knight. Apa yang membuat seorang Batman sekalipun akhirnya memilih mundur?
Pertama, Terbawa Permainan Musuh
Joker memang hebat dan brilian. Mengetahui bahwa Batman memiliki banyak penggemar dan dipuja oleh masyarakat, maka dia menebarkan teror demi teror, tapi menimpakan kesalahannya pada Batman. Korban mulai berjatuhan, dari fans Batman, pejabat hingga polisi. Skala teror semakin membesar hingga menimbulkan kepanikan massal. Masyarakat yang tadinya mendukung Batman, beralih memusuhinya karena dihantui ketakutan. Konflik batin semakin kencang. Tidak ingin korban semakin banyak, Batman memilih untuk menyerahkan diri.
Orang – orang baik, biasanya memiliki “rasa bersalah” yang besar. Mereka punya standar moral yang tinggi dan hal itu tidak dimiliki oleh musuh – musuhnya. Jika ada kesalahan, kekeliruan atau kegagalan, musuh akan mengeksploitasi sedemikian rupa demi menjatuhkan kredibilitas, mental dan semangat juangnya. Jika ada ada orang – orang disampingnya yang menetralkan virus dan menguatkan tekad, niscaya mereka akan terbawa narasi yang dibangun oleh musuh – musuhnya. Akhirnya, mereka menyerah pada tuntutan musuh yang boleh jadi statusnya hanya “sampah masyarakat”.
Kedua, Terlalu Banyak Kehilangan
Batman frustasi dan memilih mundur karena terlalu banyak kehilangan. Dia kehilangan sosok wanita yang sangat dicintainya. Awalnya kehilangan cintanya karena lebih memilih Harvey Dent, kedua kehilangan nyawanya dalam permainan bom Joker. Dia kehilangan kepercayaan dari masyarakat atas kemampuannya dalam melindungi mereka. Dia juga kehilangan kepercayaan diri untuk terus memerankan diri sebagai Batman. Sampai akhirnya, dia ditentang oleh Lucius Fox karena dianggap telah menerobos batas privasi warga. Batman pun bertekad untuk menang sekali ini saja, selanjutnya dia akan pensiun.
Dalam epos Mahabarata, kita juga mendapatkan kisah yang menarik. Yakni saat pangeran Duryudana bertekad menyerahkan kemenangannya (andai pihak Kurawa menang) kepada pihak Pandawa. Dia merasa kemenangannya sudah tidak berarti lagi, karena dalam perang Barata Yuda, dia sudah terlalu banyak kehilangan. Gurunya (Resi Durna) meninggal, shahabatnya (Karna) meninggal, pasukan dan keluarganya meninggal dll. Perhatikanlah, hal seperti ini terjadi pada orang jahat sekalipun. Apalagi pada orang – orang baik.
Karena itu, jika teman atau saudara kita sedang mengalami masalah besar, pastikan kita hadir dan mensupportnya. Jangan sampai rasa kehilangannya jadi semakin menjalar dan membesar, sehingga memperburuk situasi. Dia boleh saja kehilangan harta, usaha dll, tapi jangan sampai dia juga merasa kehilangan teman, kepercayaan dan harapan. Dampingi mereka dalam mengarungi masa – masa sulit, sambil berbisik “Tenanglah shobat, ada aku disampingmu”.
Ketiga, Memendam Rahasia Besar
Jika Batman memilih untuk mundur, maka situasi yang lebih tragis lagi terjadi pada jaksa Harvey Dent. Awalnya dia digadang – gadang sebagai kesatria putih kota Ghotam. Tapi karena terlalu banyak kehilangan, dia akhirnya berubah menjadi penjahat kejam (The Two Face). Konflik batin sudah tidak tertahankan “Buat apa aku jadi orang baik jika kondisiku jadi begini”. Batman memilih untuk mengorbankan citra dan karakternya, agar penjahat tidak merasa menang agar rakyat Gotham tidak kehilangan standar moral dan krisis identitas. Batman memilih mundur dan ber-uzlah, demi menjaga sebuah rahasia besar.
Ada kalanya orang – orang baik mundur dari kiprahnya, demi menjaga sebuah rahasia. Mungkin rahasia dirinya, rahasia keluarganya, rahasia teman sejawatnya, rahasia organisanya dll. Ada sesuatu yang disembunyikan, agar aib tidak semakin menyebar. Dia merasa bahwa capaian prestasinya tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan rahasia dan kehormatan yang harus dijaganya. Jika sebagai shahabat kita tidak mampu memahami dan menerima keputusan yang diambilnya, setidaknya jangan sampai kita kehilangan rasa husnudzan dan hormat kepada mereka.
Khatimah
Jika ada orang – orang dengan karakter dan kiprah seperti superhero akhirnya memilih mundur, mungkin kita yang perlu banyak berintrospeksi. Mungkin selama ini kita terlalu banyak menimpakan harapan dan beban dipundaknya, terlalu banyak menuntut kiprah dan pengabdian darinya, terlalu lama membiarkan dirinya berjuang tanpa ada “pemain pengganti” yang siap setiap saat jika diperlukan.
Betul, semua orang memiliki batas. Jangan biarkan mereka ditekan hingga melampaui batas yang bisa ditanggungnya. Mari kita perbanyak stok pemain pengganti disekitar kita, agar bisa melapisi kiprah dari para pemain utama. Karena mereka juga manusia biasa yang ingin bisa normal seperti manusia lainnya.
Eko Jun