Apa yang Perlu Orangtua Lakukan Saat Anak Mulai Jatuh Cinta Pada Lawan Jenis?

Sahabat Ummi, anak-anak kita tanpa terasa akan tumbuh menjadi sosok remaja. Ya, walaupun kita mengasuhnya setiap hari, tapi ketika mereka sudah menjelma menjadi sosok remaja, waktu terasa berlari begitu cepat.

Terkadang kita merindukan rengekan manja ketika mereka masih kanak-kanak. Tapi, waktu akan terus berjalan. Siap tidak siap, kini kita harus menghadapi anak kita yang sudah remaja dengan segala problematika khasnya.

Salah satu yang banyak dikeluhkan orangtua, ketika anak-anaknya menginjak usia remaja adalah virus merah jambu. Sebagai orangtua kita dibuat sport jantung tiap hari mendengar post tentang pergaulan remaja yang sudah sedemikian parah. Kita tentunya tidak ingin buah hati kita terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Tapi di sisi lain anak-anak kita pun sudah mulai jatuh cinta.

Apa yang harus kita lakukan?

Membiarkan mereka terlibat dalam dunia percintaan remaja? tentunya bukan pilihan yang bijak. Perlu kita ingat, pacaran adalah perbuatan mendekati zina yang terlarang alias haram dalam ajaran Islam. Kita tentunya sangat tidak ingin anak keturunan kita melakukan dosa besar dan dilaknat Allah Swt. naudzubillah.

Atau mengekang anak-anak kita? melarang mereka bergaul, agar buah hati kita terhindar dari virus merah jambu. Tentunya itu pun bukan sikap yang baik dan bisa diterima oleh anak-anak kita. Mereka akan memberontak, sehingga menimbulkan konflik baru antara orangtua dan anak.

Sikap yang perlu kita lakukan adalah memberi imunitas kepada mereka. Kita tidak bisa mengisolasi anak dari pergaulan, karena kita pun tidak bisa mengawasi mereka selama 24 jam. Dengan adanya imunitas, anak-anak kita bisa menjaga dirinya dari pergaulan yang tidak baik.

Bagaimana cara memberikan imunitas?

Ketika anak kita menjelang usia remaja, sampaikan kepada mereka tentang perubahan hormonal yang akan mereka alami dan dampak yang akan terjadi. Salah satunya adalah timbulnya rasa suka pada lawan jenis.  Kita bicara dari hati ke hati dengan santai tapi tetap memasukan unsur ilmiah. Pengetahuan inilah yang akan menjadi imun bagi mereka.

Kemudian dilanjutkan dengan memahamkan mereka tentang etika pergaulan dalam ajaran Islam. Sampaikan dengan bahasa yang bisa mereka mengerti bahwa tidak ada kamus pacaran, sampaikan berbagai dampak negatif dari pacaran.  Dalam hal ini sangat diperlukan komunikasi yang sehat antara orangtua dan anak, sehingga anak tidak sungkan bercerita dan bertanya. Jika mereka mengalami apa-apa akan lari kepada orangtua, sehingga orangtua bisa mengarahkan.

Jika anak sudah baligh, kita perlu menyampaikan tentang lembaga pernikahan. Kita pahamkan kepada mereka, bahwa suatu hari mereka akan menikah dan memiliki anak. Dan mereka harus menyiapkan itu semua dari sekarang dengan belajar sungguh-sungguh. Dengan gambaran pernikahan ini, anak-anak akan memiliki tujuan yang terarah dalam pergaulannya, sehingga sanggup mengatakan No pada pacaran.

Referensi:

  • Yudha Kurniawan, S.P. Character Building. Yogyakarta: Pro-U Media. 2013
  • Jamal Abdul Hadi. Menuntun Buah Hati Menuju Surga. Solo: Era Intermedia.2011
  • Darlene Powell hopson, Ph.D. Menuju Keluarga Kompak. Bandung: Kaifa. 2001

Foto ilustrasi: google

Profil Penulis:

Meti Herawati, lahir di kota kembang. Ibu dari lima orang anak. Hobi menulis sejak kecil. Beberapa karyanya dimuat di beberapa media. Kini karyanya sudah dibukukan dalam buku solo dan antologi. Jika ingin berkenalan lebih jauh silahkan singgah di rumah mayanya metiherawati.com

Comments

comments