Mencuri Waktu

Imam Syafi’i pernah berkata “Barangsiapa yang masa mudanya disibukkan dengan kekuasaan, niscaya dia tidak akan pernah mendapatkan ilmu”. Belajar yang paling baik memang saat masih muda, yakni saat kebutuhan belum banyak, beban masih ringan, akal masih kuat, tekad masih membaja, idealisme masih tinggi dll. Lain halnya jika kita belajar diwaktu tua, saat akal mulai lemah, semangat mulai memudar, waktunya kian sempit, kebutuhan semakin banyak dll. Meskipun tidak ada kata terlambat untuk belajar, tapi belajar diwaktu muda dengan diwaktu tua sudah pasti menunjukan hasil yang sangat berbeda.

Pada prinsipnya, segala sesuatu yang menyibukkan berpotensi melemahkan tekad, mengurangi minat dan mengganggu konsentrasi untuk mencari ilmu. Apapun jenis kesibukannya, baik berupa kekuasaan, mencari nafkah hingga perkara – perkara yang melalaikan jiwa. Jika usia mudanya banyak dihabiskan dengan urusan ilmu, maka dia akan mendapatkan panduan dan pedoman yang memadai, baik dalam melihat persoalan, menentukan pilihan hingga menjejakkan langkah. Demikian pula sebaliknya.

Permasalahannya, kadang tidak cukup kesempatan dan waktu bagi kita untuk menimba ilmu dan mengasah kemampuan. Kita menyadari sepenuhnya, bahwa belum tiba masanya untuk turun gunung. Namun, situasi dan kondisi memaksa kita terjun diberbagai medan dakwah. Bergumul dengan banyak kompleksitas masalah umat, baik pada ranah siyasi, iqtishodi maupun ijtima’i. Kita dituntut untuk banyak berimprovisasi, kala teori belum sepenuhnya dikuasai. Kita dipaksa untuk banyak berkreasi, kala konsepsi belum seluruhnya dipahami.

Jangan mudah terlena dengan kesuksesan sesaat. Bahkan apabila kemenangan kita rengkuh sekalipun, jangan biarkan semangat belajar kian memudar. Jangan biarkan waktu kita habis oleh urusan yang datang terus menerus tanpa henti dan seolah tidak ada habisnya. Ada masanya kita harus memaksakan diri untuk bertafakur dipojok masjid, menikmati masa senggang dan bernostalgia dengan berbagai macam buku dan kitab. Mumpung ada waktu yang bisa dicuri. Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane.

Eko Jun

Comments

comments